Bangkitnya Desa Wisata Malangan Sleman dari ‘Mati Suri’

Fasilitas sepeda untuk pengunjung di Desa Wisata Malangan (sutriyati/kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Desa Wisata Malangan, di desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman DIY sebenarnya telah dirintis oleh penduduk setempat, sejak tahun 1998 lalu. Namun, karena keterbatasan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelolanya, obyek wisata pedesaan di Sleman barat ini sempat ‘mati suri’, hingga dikelola kembali sejak awal tahun 2017 ini.

Bacaan Lainnya

Ketua Desa Wisata Malangan, Wiji Waluyo menuturkan, masyarakat kembali antusias mengelola desa wisata tersebut, setelah sekitar tiga bulan lalu mengikuti Lomba Desa Wisata se-Kabupaten Sleman. Meskipun termasuk dalam kategori tumbuh atau kelas terbawah dalam sistem pengelolaan kegiatan desa wisata, namun Malangan mendapatkan predikat desa wisata yang paling menonjol dibandingkan desa-desa wisata lainnya.

“Ke depan, kami ingin mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam yang ada di Malangan ini,” kata Wiji kepada kabarkota.com saat memandu event “Dolan Wisata Jelajah Desa Wisata Malangan” bersama komunitas blogger dan vlogger Yogyakarta, Sabtu (11/3/2017).

Bicara Desa Wisata Malangan, ungkap Wiji, memiliki enam obyek wisata andalan untuk menarik para wisatawan, baik lokal, nasional, maupun rombongan dari manca negara.

Perikan sistem konvensional (atas), Pusat Batik (tengah), dan Mina Padi (bawah) yang jadi obyek andalan di desa wisata Malangan (sutriyati/kabarkota.com)

Enam Obyek andalan itu adalah perikanan gurameh dan lele dumbo dengan sistem konvensional dan booster, mina padi, pusat batik, pusat kerajinan bambu Tunggak Semi, dan Seni Tempa Pamor Keris Pusaka Empu Sungkowo Harumbrojo yang merupakan satu-satunya di Yogyakarta.

Empu Sungkowo Harumbrojo tengah menunjukkan proses pembuatan keris pusaka, di kediamannya, Sabtu (11/3/2017). (sutriyati/kabarkota.com)

“Seni Tempa Pamor Keris Pusaka Empu Sungkowo Harumbrojo ini mrupakan dapur keris Keraton Yogyakarta. Di sini, kita dapat belajar tentang bermacam-macam keris hingga melihat proses pembuatannya,” jelas Wiji.

Sementara untuk kerajinan anyaman bambu Malangan, lanjutnya, selama ini telah menjadi mata pencarian sebagian warga. Di antara para pengrajin itu, Pusat Kerajinan Tunggak Semi milik keluarga Suryadi mampu berkembang pesat, dengan pemasaran hingga Eropa dan Amerika, serta menyerap tenaga kerja sekitar 150 orang.


Sementara, Kus Endarto dari Dinas Pariwisata Sleman mengakui, dari 38 desa wisata di Sleman memang mayoritas tantangan yang dihadapi para pengelolanya itu terkait dengan kesiapan dan kemampuan SDM sebagai pengelolanya.

Pihaknya mencontohkan, masyarakat di desa wisata yang bersangkutan sering tak siap saat menerima para wisatawan.yang berkunjung, sehingga tal jarang justru mengecewakan. Selain itu, sapta pesona yang semestinya diterapkan secara menyeluruh, umumnya hanya dipakai satu dua poin saja.

Untuk itu, Dinas Pariwisata Sleman, kata Kus, berupaya meningkatkan kapasitas SDM tersebut dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para pengelola desa wisata. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait