YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kepala Pusat Studi Energi UGM, Deendarlianto mengatakan hasil kajian Pusat Studi Energi pada 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen bisa berisiko menjadi negara pengimpor energi. Hal itu bisa terjadi pada tahun 2030 ketika pasokan energi nasional jauh dibawah kebutuhan energi nasional.
"Untuk itu, perlu adanya skenario tanggapan. Kita membutuhkan tambahan sumber energi," kata Deendarlianto dalam acara peluncuran Buku Putih "Energi Nasional, Langkah Percepatan Menuju Indonesia Mandiri Energi" di Balai Senat UGM, Kamis (3/7).
Sebagai upaya antisipasi mengurangi ketergantungan energi fosil, penggunaan energi non fosil di Indonesia perlu diupayakan. Menurut Deendarlianto yang juga menjadi salah satu anggota tim penulis buku, solusi yang bisa diambil adalah dengan menyediakan sumber energi nuklir.
Lebih lanjut ia menjelaskan, energi nuklir dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan energi secara masif dan kontinyu.
Tim penulis buku lainnya, Arif Budiman menuturkan, negara-negara tetangga sudah mulai membuat dan menerapkan energi nuklir tersebut, yakni Thailand, Malaysia, Singapura, Selandia Baru, serta Vietnam.
"Jika kita bertahan hanya memakai sumber energi fosil dan tidak beralih ke energi nuklir, Indonesia hanya akan menjadi negara penerima dampak tanpa bisa merasakan energinya," ujarnya.
Menurutnya, buku yang disusun sembilan penulis dengan ketebalam 64 halaman tersebut bersifat sebagai masukan untuk melakukan perancangan menghindari akan terjadinya kelangkaan energi. Untuk itu, perlu masukan agar bisa menjadi pertimbangan.
"Pembuatan infrastruktur membutuhkan waktu rata-rata 10 tahun. Misalnya, jika tahun 2025 nanti ingin energi aman berarti tahun 2015 nanti kerangka penyusunan infrastruktur harus mulai dikerjakan," katanya.
Dalam peluncuran buku tersebut dihadiri pula oleh kedua tim sukses pasangan capres-cawapres. Herry Zudianto mewakili tim pemenangan Prabowo-Hatta dan Wijayanto Samirin mewakili tim sukses Jokowi-JK.
Keduanya mengatakan akan segera menyampaikan masukan dari buku putih tersebut. Mereka menyadari bahwa energi merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan negara. (jid/kim)