Ilustrasi (Sutriyati/kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (P2EB FEB UGM), Rimawan Pradiptyo menganggap, selama ini negara kurang mampu mengeksplorasi potensi sumber minyak dan gas bumi (migas) yang ada di perut bumi Indonesia.
Hal itu disampaikan Rimawan dalam Diskusi Bulanan “Membedah Subsidi BBM”, di Kantor Institute Reseach and Empowerment (IRE) Yogyakarta, Rabu (26/11).
Dosen FEB UGM ini menganggap, pemerintah terkesan melakukan pembiara dengan tidaknya investasi baru, dalam kurun waktu 10 – 15 tahun terakhir. Selain itu, perijinan di sektor migas untuk satu pengeboran bisa mencapai 250 ijin.
“Kita juga tidak menjadi tuan rumah untuk diri sendiri,” sebut Rimawan. Pasalnya, kata dia, reinvestasi yang ditanamkan Pertamina untuk Indonesia terhitung sangat kecil. Sementara ia mencontohkan, Petronas Malaysia mampu melakukan reinvestasi ke negaranya hingga 70 persen.
Menurutnya, untuk mendapatkan keuntunngan dari hasil eksplorasi Migas membutuhkan waktu yang relatif lama. “Keuntungan dari eksplorasi minyak bisa mencapai 7 tahun. Sedangkan untuk gas 12 tahun,” paparnya.
Pihaknya juga menyayangkan minimnya keberadaaan Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU), utamanya di luar pulau Sumatera dan Jawa. Padahal, lanjut dia, investasi untuk pembangunan SPBU cukup dengan nominal Rp 5 Milyar. Angka yang tidak terlalu signifikan untuk negara.
“Artinya, dengan investasi Rp 3 Triliun, Indonesia sudah bisa membangun 600 SPBU,” tambahnya.
Berdasarkan data dari Laman resmi kementrian ESDM, dari hasil tata kelola migas tahun 2012, negara berhasil mendapatkan keuntungan termasuk pajak migas sebesar US$35,6 miliar atau sekitar Rp320 triliun. Angka itu, lebih tinggi Rp19 triliun diatas target APBNP 2012 sebesar US$33,5 miliar atau setara Rp301 triliun.
Hanya saja, jumlah cadangan minyak bumi Indonesia baru sekitar 3,6 miliar barel hanya 0,2% dari total cadangan minyak di dunia. sedangkan cadangan gas Indonesia sebesar 104,25 triliun kaki kubik hanya sekitar 1,7% dari total cadangan gas dunia. Oleh karenanya negara perlu menambah jumlah cadangan minyak dan gas di Indonesia, dengan melakukan eksplorasi dengan investasi dalam jumlah besar. Meski pun, untuk menarik investasi itu, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lainnya.
SUTRIYATI