Oleh: Runi Rulanggi (Dosen Universitas Pembangunan Jaya)
Kembali ke sekolah. Kembali berbenah. Setelah dunia pendidikan dihantam Pandemi selama hampir 2 tahun, kini sekolah siap menghadapi kenormalan baru pasca Pandemi. Mau tidak mau sekolah harus dibuka. Kemendikbud-Ristek telah menginstruksikan agar siswa belajar di sekolah. Sebab, siswa sudah terlalu lama bercengkerama dengan dunia maya. Pada akhirnya, sekolah adalah ruang yang nyata.
Pandemi telah mengajarkan kita banyak hal. Bagi mereka yang bersinggungan dengan dunia pendidikan, apakah itu guru, siswa maupun orangtua, Pandemi telah memberi waktu untuk melakukan refleksi. Bagi orangtua, Pandemi mengajarkan betapa sulitnya menjadi guru bagi anak. Bagi siswa, Pandemi mengajarkan betapa berharganya kebersamaan dengan keluarga, serta kebersamaan dengan guru dan teman yang tidak bisa didapati selama masa Pandemi. Bagi guru, Pandemi mengajarkan untuk selalu bergerak cepat dan mampu beradaptasi menghadapi perubahan yang terjadi. Ya, Pandemi adalah guru. Meskipun bukan seperti guru yang diidealkan siswa selama ini. Terlepas dari berbagai macam pro dan kontra mengenai Pandemi serta kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di masa Pandemi, satu hal yang disepakati bersama bahwa kita perlu bahu-membahu untuk bangkit dari situasi Pandemi.
Tantangan terkini yang dihadapi oleh Dunia Pendidikan tanah air adalah kesiapan mengembalikan siswa ke sekolah dan tentunya mempersiapkan sekolah untuk menerima kembali siswa. Hal ini hendaknya secara bertahap dan tidak terburu-buru. Sesuai dengan instruksi yang dikeloleh Mendikbud-Ristek, daerah yang berada pada zona PPKM level 1 hingga 3 diharapkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas mulai bulan September 2021. Hal ini untuk mengurangi risiko terjadi permanent learning loss pada siswa. Arsendy, dkk (2020) menyebutkan bahwa potensi terjadinya kehilangan pengetahuan secara permanen pada pelajar Indonesia akan menjadi semakin besar ketika target pembelajaran tidak jelas, interaksi yang minim dengan guru (pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah) serta pada proses pembelajaran yang terjadi secara direktif tanpa adanya interaksi dengan guru dan hanya berisi pemberian tugas tanpa umpan balik yang berarti. Kondisi-kondisi yang lumrah ditemui pada pendidikan tanah air di masa Pandemi.
Pendidikan pasca Pandemi kini menjadi perhatian utama Pemerintah. Meskipun fokus utama saat ini adalah mengembalikan sekolah sebagaimana fungsinya, namun berkaca pada masa Pandemi yang banyak menerapkan proses Belajar dari Rumah (BDR), tampaknya pendidikan masa depan akan bertransformasi menjadi lebih adaptif, sesuai dengan situasi dan kondisi aktual. Bukan tidak mungkin, pendidikan di masa depan adalah pendidikan bauran, yang menuntut kemandirian siswa untuk menjadi pembelajar yang sukses.
UNESCO sendiri telah mengeluarkan 9 ide untuk mendukung pendidikan masa mendatang yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan tahun 2030. Kesembilan ide tersebut adalah : Pertama, memperkuat tatanan pendidikan yang telah ada untuk kepentingan bersama. Kedua, memperluas definisi pendidikan sebagai hak untuk semua. Ketiga, memberikan penghargaan pada profesi pendidik serta mendukung kolaborasi antar pendidik. Keempat, mendukung partisipasi anak dan remaja untuk mendapat hak pendidikan mereka. Kelima, melindungi Social spaces siswa dengan dukungan sekolah. Keenam, mendukung ketersediaan teknologi dan perangkat nirbiaya bagi guru dan siswa. Ketujuh, mendukung literasi ilmiah dengan cara memasukkannya pada kurikulum pembelajaran. Kedelapan, mendukung dan menjamin pembiayaan bagi pendidikan domestik dan internasional. Kesembilan, meningkatkan solidaritas global untuk memerangi ketidakadilan dalam pendidikan.
Kunci utama dalam mendukung pendidikan yang bermakna bagi siswa, di masa transisi Pasca Pandemi ini adalah adanya kolaborasi. Kolaborasi, dan bukan kompetisi. Ini bukan waktu yang tepat untuk adu eksistensi dari masing-masing profesi. Semua komponen sekolah, baik itu Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru BK, Konselor Sekolah, Psikolog Sekolah, Karyawan, Tenaga Kependidikan hingga Orangtua hendaknya diharapkan dapat bahu-membahu untuk mengembalikan martabat pendidikan tanah air. Komponen sekolah perlu bekerjasama untuk membangun kembali iklim sekolah yang suportif bagi siswa. Momentum Pasca Pandemi adalah momentum kebangkitan pendidikan tanah air. Saatnya bergandeng tangan, berjalan bersama untuk mewujudkan pendidikan masa depan yang lebih bermakna.