Menag, Lukman Hakim Saifuddin saat membuka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2018, di kompleks Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Rabu (10/10/2018). (sutriyati/kabarkota.com)
BANTUL (kabarkota.com) – Di masa-masa jelang penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) lima tahunan seperti sekarang ini, santri menjadi salah satu kelompok yang cukup rentan untuk dimobilisasi, demi kepentingan politik praktis, utamanya yang “membawa” nama agama.
Namun demikian, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menganggap, saat ini, para santri sudah memiliki cukup pengalaman untuk menentukan pilihan calon pemimpin mereka.
“Santri memiliki pengalamannya sendiri karena mereka cukup memiliki wawasan untuk bisa membedakan di antara yang ada itu, mana yang terbaik. Mana yang memberikan harapan bahwa aspirasi kaum santri akan bisa dipenuhi oleh para calon itu,” kata Menag menjawab pertanyaan kabarkota.com, usai membuka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara, di Kompleks Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Rabu (10/10/2018).
Untuk itu Menag berharapa, agar persaudaraan antarumat, termasuk kalangan para santri tetap terjaga dengan baik, meskipun berbeda pilihan. “Mudah-mudahan Pileg maupun Pilpres bisa berlangsung dengan baik, dan tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan meskipun kita berbeda pilihan,’ harapnya
Sementara salah satu pengurus Pondok Pesantren Krapyak, Ahmad Riza menyatakan, hingga saat ini, para santri tidak ada sangkut pautnya dengan urusan politik praktis jelang Pileg maupun Pilpres.
Saat ditanya kemungkinan adanya keberpihakan terhadap kubu tertentu, Riza menegaskan, sampai sekarang tak ada arahan dari pimpinan Pondok Pesantren untuk mendukung pihak-pihak tertentu, yang maju dalam kontestasi Pemilu 2019 mendatang.
Tapi, lanjut Riza, “Kalau kami mau memilih apa itu ya Nderek Dawuh Kyai (mengikuti arahan Kyai).”
Sedangkan terkait dengan kegiatan Muktammar kali ini, Riza yang juga sekretaris panitia mengklaim bahwa perhelatan ini bebas dari muatan politis, apalagi dukung-mendukung Caleg atau Capres tertentu.
Muktamar Pemikiran Santri Nusantara, Rangkaian Hari Santri 2018
Sementara menurut Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Muktamar pemikiran Santri Nusantara ini merupakann rangkaian kegiatan Hari Santri 2018, yang diadakan oleh Kementerian Agama.
Muktamar perdana yang digelar pada 10-12 Oktober 2018 dan mengambil tema “Islam, Kearifan Lokal dan Tantangan Kontemporer” ini diharapkan dapat menjadi ajang para pemikir pesantren untuk menuangkan gagasan ilmunya dalam beberapa bidang isu, sebagai respon atas persoalan kebangsaan dan keagamaan yang sudah sangat kompleks.
Rangkaian kegiatan muktamar ini diawali dengan orasi kebudayaan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku keynote speaker, lalu dilanjutkan tiga panel, yang terdiri dari Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Kamaruddin Amin, Duta Besar Inggris, Muazzam Malik, Directur Official Leiden University, Marrio Ballen, ulama dari Universitas Al Azhar, Syekh Bilal Mahmud Ghanim, dan ulama Ma’had Ali Ibrahimy, Afifuddin Muhadjir.
Sedangkan pada Malam Kebudayaan Pesantren dan Festival, yang digelar pada Rabu malam ini, di panggung Krapyak Yogyakarta, menampilkan Orasi kebudayaan Menteri Agama, Pembacaan puisi para budayawan seperti Gus Hilmy, Romahurmuzy, Abidah El Khaliqie, Sosiawan Leak, Helvy Tiana Rosa, Candra Malik, Inayah Wahid, Habiburrahman El-Shirazy. Penyanyi musik religi Veve Zulfikar, Komika Dzawin, rapper santri Ikhsan & Danang, paduan suara theme song Hari Santri unjuk gigi menampilkan aksinya di acara Malam Kebudayaan Pesantren itu yang diikuti oleh ribuan santri dan masyarakat umum.
Selain itu juga digelar Festival Serban & Pegon Kiai, di Lapangan Ali Maksum Krapyak. Festival ini menampilkan beragam benda bersejarah yang biasa dipakai oleh orang-orang pesantren, dan juga memamerkan kitab-kitab karya kiai pesantren, yang berbahasa pegon atau lokal. (sutriyati)