BANTUL (kabarkota.com)- Ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang ekonomi kreatif, presiden Joko Widodo membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Salah satu anggota Bekraf, Slamet Aji Pamungkas mengatakan penerbitan dan publikasi menjadi faktor yang mendukung ekonomi kreatif. Dengan penerbitan dan publikasi akan lebih banyak yang membaca dan mengetahui tentang ekonomi kreatif.
“Yang kita laksanakan hari ini adalah sektor penerbitan dalam rangka menyusun grand strategi nasional,” ungkapnya dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Ekonomi Kreatif Sub-Sektor Penerbitan di Balai Melayu Hotel (9/9/2016).
Konsep pengembagan ekonomi kreatif melalui tiga basis yaitu masyarakat, kewilayahan, dan komunitas. Sub-sektor penerbitan ekonomi kreatif bekerjasama dengan penerbit UGM menggunakan kajian analisis penerbitan di era digital, naskah yang berkualitas, menulis naskah kekayaan lokal, membentuk komunitas yang terkait dengan buku dan penerbitan, potensi lokal sebagai sumber kreatif, dan distribusi.
Kepala Badan Penerbitan dan Publikasi, Widodo menyampaikan bahwa ekonomi kreatif dengan sub-sektor penerbitan perlu digitalisasi agar banyak yang mengetahui berbagai jenis produk kreatif.
“Kita membawa kreatifitas inovasi dengan penerbitan agar dikenal lebih luas ke masyarakat dengan ide yang kita bawa,” ungkapnya.
Dinas Dikpora DIY, Ben Senang Galus mengatakan landasan utama ekonomi kreatif di Yogyakarta maupun di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi, sumber daya alam, uang, lahan, institusi, dan lembanga intermediasi keuangan. Ia menambahkan Dengan industri kreatif yang sudah dipublikasikan melalui penerbitan nantinya akan membentuk identitas bangsa Indonesia.
Galus menyayangkan meskipun ada penerbitan, ketika disandingkan dengan masyarakat Indonesia hasilnya kurang signifikan. Minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, tambah Galus.
“Ekonomi kreatif harus dikembangkan, masalahnya adalah saat kita benturkan dengan minat baca masyarakat. Indonesia didiami orang-orang yang tidak suka baca,” terangnya. (Rep-04/Ed-01)