Ilustrasi: seekor ular masuk ke rumah warga (dok. istimewa)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Bagi kebanyakan orang, ular menjadi hewan yang menakutkan, karena kalau sampai menggigit, bisa-nya sangat berbahaya dan bahkan bisa mematikan. Meskipun sebenarnya, tidak semua jenis ular itu berbisa.
Oleh karenanya, masyarakat perlu mewaspadai kemunculan hewan melata satu ini, utamanya di musim penggujan seperti sekarang. Karena, bukan tidak mungkin ular-ular itu masuk ke pemukiman penduduk.
Anggota Animal Keeper Jogja (AKJ), Herman mengatakan, ular sangat menyukai tempat-tempat yang lembab. Salah satunya, Albolabris yang habitatnya di sungai, biasa ditemui di pinggiran sawah. Ular hijau jenis ini temasuk yang berbisa tinggi.
“Jika suhu dingin, ular seperti albo dan kobra biasanya mencari mangsa,” jelas Herman kepada kabarkota.com, Rabu (23/1/2019).
Baru-baru ini, sebut Herman, seorang warga Dusun Kwarakan, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Ngadinah dilarikan ke Rumah Sakit, karena mengalami pembengkakan pada salah satu kaki hingga atas lututmya akibat digigit ular albo, saat mencari rumput untuk hewan ternaknya.
Menurutnya, sejak tahun 2014, ada enam kasus warga desa Sidorejo yang digigit ular. Bahkan, satu diantaranya terhitung parah hingga harus opname di rumah sakit sekitar satu bulan.
Herman menyarankan, agar para pencari rumput maupun petani yang bergulat dengan rutinitas di sawah atau ladang, mengenakan sepatu boots untuk melindungi kaki dari gigitan ular.
Pihaknya menambahkan, selama ini masyarakat menganggap bahwa garam dapat mengusir ular. Padahal, sebenarnya tidak demikian.
“Bau wewangian seperti parfum yang bisa mengusir ular,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua AKJ, Saliyo menjelaskan, kasus gigitan ular hijau ekor merah atau trimeresurus insularis, trimeresurus albolabris, calloselasma rodhostoma atau viper tanah, kobra jawa atau naja sp, weling atau bungarus temasuk paling sering terjadi di masyarakat.
“Yang menjadi permasalahan bagi korban tergigit ular adalah jarak lokasi kejadian ke rumah sakit, dan pengetahuan dasar pertolongan yang masih sangat minim,” anggapnya.
Selama setahun ini, lanjut Saliyo, AKJ juga telah memberikan edukasi satwa ini ke pedesaan. Hanya saja, memang belum banyak yang bisa dijangkau. (Rep-04)