YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Aktivis yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Agraris melakukan aksi selamatkan bumi dengan tajuk 'Tolak Pabrik Semen di Rembang' di titik nol kilometer, Minggu (22/6) petang.
Salah satu relawan aksi, M. Afandi mengatakan, aksi yang dilakukan sebagai seruan solidaritas untuk warga Rembang, Jawa Tengah yang bertahan di tanahnya. Pasalnya, tanah yang di tempati akan digunakan untuk pendirian pabrik semen oleh PT Semen Indonesia.
"Warga setuju untuk menolak pendirian pabrik semen oleh PT Semen Indonesia," ujar Afandi kepada kabarkota.com.
Afandi yang tiga hari lalu datang ke Rembang membantu advokasi menjelaskan, sampai sekarang alat-alat berat dari PT Semen Indonesia masih belum dipindahkan dari lokasi pendirian pabrik semen. Padahal, warga yang menunggu menginap berhari-hari sebagai bentuk penolakan, namun seolah tak diindahkan.
Selain mempermasalahkan dampak yang ditimbulkan, pendirian pabrik semen juga bertentangan dengan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Tengah yang menetapkan kawasan gunung Kendheng yang meliputi Purwodadi, Blora, Pati, dan Rembang sebagai kawasan geologi yang terlindungi.
Afandi menyatakan, ada permasalahan lain yang harus jadi catatan. Pendirian pabrik semen ini, izinnya keluar lebih dahulu, namun analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) menyusul setelahnya.
“Karena itu, pemerintah harus mencabut izin pendirian pabrik," kata Afandi menegaskan.
Warsito, salah seorang petani dari Kulonprogo yang turut terlibat membantu masyarakat di Rembang menambahkan, sempat ada perlawanan dari aparat, dalam hal ini kepolisian. "Peralatan dokumentasi kami dirampas polisi, 1 orang perempuan dan 3 orang laki-laki ditahan selama 4 jam di dalam mobil, tapi sudah di lepas lagi," tutur Warsito.
Warsito mengungkapkan, selain kepolisian, pihak yang terlibat menjaga adalah TNI, serta preman bayaran.
"Kami akan terus melakukan aksi solidaritas lewat jaringan kami di berbagai kota di Indonesia. Pendirian pabrik semen harus dibatalkan," ujar Warsito (kim/aif)