YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dinas Pertanian (Distan) DIY menganggap, abu vulkanik Gunung Kelud tidak berpengaruh signifikan bagi pertanian. Memang tanaman pangan tertutup abu vulkanik saat Gunung Kelud meletus, namun setelah turun hujan, butiran pasir lembut tersebut ikut terseret air.
"Jadi memang tidak terlalu berpengaruh," kata Kepala Distan DIY, Sasongko, di ruang kerjanya, Selasa (18/2).
Ia meminta, agar tanaman yang siap panen segera dipanen. Sedangkan tanaman yang belum terkena air hujan, segera disirami agar tidak mengganggu proses pertumbuhan.
Kepada peternak yang memanfaatkan rumput untuk makanan hewan piaraan, diharapkan membersihkan rumput lebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak untuk menjaga kualitas pakan.
Sasongko juga memastikan, bencana kali ini tidak akan mempengaruhi target swasembada pangan 2015.
Terpisah, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta, Halik Sandera, berpendapat bahwa kadar keasaman yang terkandung dalam tanaman pangan khususnya holtikultura dapat mempengaruhi kualitas hasil panenan petani.
"Dampak hujan abu tingkat keasamannya tinggi sehingga buah panenan petani seperti melon membusuk," kata Halik.
Dari sisi positif, abu vulkanik ini menyumbang kesuburan tanah secara alami. "Kita lihat, lahan-lahan pertanian di lereng gunung umumnya sangat subur," tandasnya.
Bagi Halik, yang menjadi persoalan pasca hujan abu adalah kualitas udara yang menurun dan masalah sanitasi. Kedua masalah tersebut membahayakan kesehatan masyarakat, karena dapat menimbulkan gangguan pernafasan terutama bagi yang punya riwayat penyakit asma.
Selain itu, debu-debu yang beterbangan juga mengakibatkan iritasi pada mata. Untuk ia meminta pemerintah daerah bertindak cepat melakukan recovery lingkungan, dengan melibatkan dinas kesehatan masing-masing wilayah untuk terjun langsung di lapangan. (tya)
SUTRIYATI