Para wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat RI sedang bersidang. (foto: gresnews.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Elit politik yang duduk di pemerintahan diduga tidak lebih mementingkan negara. Mereka tak memikirkan sepenuhnya bagaimana masa depan negara puluhan atau bahkan ratusan tahun ke depan.
"Politisi hanya berpikir bagaimana mendapatkan kekuasaan lima tahun ke depan," kata Peneliti Pusat Studi Pancasila, Universitas Gadjah Mada, Diasma Sandi Swandaru dalam dialog bertema 'Aktualisasi Nilai Pancasila sebagai Spirit Pemersatu Bangsa untuk Mempertahankan Negara Mandiri, Merdeka, dan Berdaulat' di Kampus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Selasa (30/9).
Diasma mencontohkan bagaimana para pendahulu negara yang telah merancang Indonesia merdeka untuk masa yang panjang. Kendati mereka memiliki berbagai macam latar belakang, mereka rela untuk mengenyampingkan kepentingan kelompok atau pribadi.
Pancasila yang diagung-agungkan tak sepenuhkan dijadikan dasar mengambil tindakan, baik pribadi maupun kelompok. "Jika ingin negara ke depan bisa berkembang lebih, orientasi orang di pemerintahan mesti diubah," jelasnya.
Ketua Ikatan Alumni Sarjanawiyata Tamansiswa (Ikasata) sekaligus Komisioner KPID DIY, Tri Suparyanto menambahkan, ada kaitan antara Pancasila dan Tamansiswa. Peran Tamansiswa 1922, kata Tri, Ki Hadjar Dewantara telah mendesain peran Tamansiswa. "Tamansiswa didesain sebagai badan perjuangan," ungkapnya.
Namun, menurutnya, hal itu tidak bisa serta merta berjalan bersama dan sesuai. Termasuk, dalam hal ini adanya pergantian roda pemerintahan yang menjadi satu hal yang pasti. Tri menilai, pemerintah belum tahu perubahan di setiap pemerintahan akan dilakukan diarahkan kemana.
"Para pemangku kepentingan justru bertindak dengan tidak melihat kondisi seperti apa yang ada di luar pemerintahan," ujarnya. Akibatnya, menurut Tri, hal itu menjadi salah satu penyebab terpecahnya beberapa kelompok masyarakat.
"Risiko dalam bernegara adalah perpecahan. Jika tidak siap diperhatikan, itu akan benar-benar terjadi," ujarnya.
AHMAD MUSTAQIM