Gerakan Islam Radikal sulit Ditandingi

diskusi bertema Membedah Akar-akar Gerakan Radikal Berbasis Agama, di Asrama Haji Yogyakarta, Senin (29/2/2016). (Januardi/kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Masifnya aktivitas gerakan Islam radikal di Yogyakarta saat ini, salah satunya karena banyaknya ruang yang digunakan untuk menyampaikan paham tersebut sebagai pedoman untuk beragama. Selain itu, kelompok radikal juga menyasar anak-anak muda yang masih dangkal pengetahuannya tentang agama.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut dikemukakan oleh ketua Forum Komunikasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) DIY, Abdul Muhaimin, dalam diskusi bertema Membedah Akar-akar Gerakan Radikal Berbasis Agama, di Asrama Haji Yogyakarta, Senin (29/2/2016)

Guna mengimbangi kegiatan-kegiatan keagamaan yang mengarah kepada Islam radikal itu, diperlukan kelompok pengajian tandingan yang diinisiasi oleh masyarakat yang kontra dengan gerakan Islam radikal. Menurutnya, kelompok Islam berbasis pesantren adalah pihak yang paling mampu membuat kajian Islam tandingan.

Hanya saja, Muhaimin berpendapat, kajian keagamaan tandingan tersebut sulit direalisasikan karena tidak mudahnya mengkonsolidasikan kelompok masyarakat yang kontra dengan Islam radikal.

“Orang pesantren itu mudah dimobilisasi, tapi susah diorganisasikan. Elitnya juga susah untuk diajak kerja sama,” sesal Muhaimin, .

Padahal, tingkat ekstrimisme gerakan Islam radikal di Yogyakarta sangat tinggi. Kelompok Islam radikal di Yogyakarta tidak mengarah pada terorisme, namun banyak menyorot isu-isu terkait komunisme, Syiah, Ahmadiyah, hingga Kristenisasi.

Menurut survei yang dilakukan oleh FKPT pada 2015 lalu, 88 persen masyarakat Yogyakarta tidak setuju dengan tindakan ekstrem yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal. Hanya dua persen dari responden yang menyetujui tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

“Banyak anak muda yang tidak memahami perpolitikan Islam sehingga mudah terprovokasi dengan isu-isu khilafah,” kata Muhaimin, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah, Kota Gede.

Sementara itu, pengurus Pondok Pesantren Pandanaran, Jazilus Sakhok mengatakan, banyaknya simpatisan kelompok Islam radikal disebabkan pemahaman tentang Islam yang tidak menyeluruh dan hanya ingin instan.

“Di acara televisi kita bisa lihat, memutuskan halal haram hanya hitungan menit. Padahal kita di pesantren butuh buka banyak kitab,” ujarnya.

Penyajian Islam yang instan itu, menurut Sakhok, menjadikan orang hanya memandang Islam dari segi hukum fikih semata. Dan cenderung mengabaikan unsur iman dan ihsan dalam Islam.

“Fikih itu cuma kulit nya saja, yang tampak di luar. Yang di dalam masih ada iman dan ihsan,” imbuhnya (Ed-03)

Kontributor: Januardi

Pos terkait