Isyaratkan Perbedaan dalam Penentuan awal Ramadan 1445 H, Begini Pesan Ketum PP Muhammadiyah

Konferensi pers PP Muhammadiyah tentang Maklumat Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H, di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, pada Sabtu (20/1/2024). (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumumkan awal bulan Ramadan 1445 H/2024 akan jatuh pada 11 Maret 2024 mendatang. Sedangkan Idul Fitri akan jatuh pada 10 April, dan Idul Adha pada 17 Juni 2024.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut sebagaimana disampaikan Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam penyampaian Maklumat PP Muhammadiyah tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H, di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, pada Sabtu (20/1/2024).

“Kami menghargai jika ada perbedaan-perbedaan karena penggunaan metode yang berbeda,” tegas Haedar.

Menurutnya, selama ini umat Muslim telah terbiasa dengan perbedaan dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha sehingga toleransi dan saling menghargai menjadi hal penting untuk diterapkan.

“Dan yang terpenting, kita bisa memaknai ibadah untuk membangun kesalehan umat Islam, baik secara pribadi maupun kolektif dan sebagai bangsa Indonesia agar hidup kita lebih baik,” ucapnya lagi.

Lebih lanjut Haedar mengklaim bahwa maklumat PP Muhammadiyah tentang penetapan bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha lebih awal tidak dalam rangka mendahului pihak mana pun. Hal tersebut sudah terjadi setiap tahun, sebagaimana sejumlah organisasi Islam yang mengeluarkan kalender yang memuat bebagai penetapan tanggal yang berkaitan dengan ritual ibadah maupun kegiatan publik baik di tingkat nasional, maupun global.

“Jadi maklumat atau pengumuman Muhammadiyah ini normal terjadi karena kami menggunakan metode khusus hisab hakiki wujudul hilal,” sambungnya.

Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti menjelaskan bahwa “hisab hakiki” adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langint, khususnya matahari dan bulan yang faktual (sebenarnya). Sedangkan “wujudul hilal” merupakan istilah yang menggambarkan pada saat matahari terbenam, dan bulan belum terbenam.

Dengan kata lain, lanjut Sayuti, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari sehingga ada selisih waktu. Dalam istilah geometrik, pada saat matahari terbenam, maka posisi bulan masih di atas ufuk, berapa pun tingginya. (Rep-01)

Pos terkait