SLEMAN (kabarkota.com) – Memasuki bulan Juni – Juli 2014, masyarakat Indonesia dihadapkan pada beberapa momentum besar, mulai dari Tahun Ajaran Baru, Bulan Ramadhan, hingga Idul Fitri 2014.
Kondisi ini memaksa masyarakat untuk mengencangkan ikat pinggang demi mencukupi kebutuhan hidup menghadapi ketiga momentum besar tersebut.
Mia, salah seorang Ibu rumah tangga di Margoluwih, Seyegan, Sleman mengaku biasanya kebutuhan hidup meningkat hingga 100 persen dibandingkan kebutuhan normal.
"Dalan sehari, minimal kami harus mengeluarkan dana Rp 100 ribu untuk kebutuhan keluarga," kata Mia kepada kabarkota.com di kediamannya, Selasa (17/6).
Ibu dua anak ini mengaku, harus pandai mengatur keuangan untuk menyiasati kebutuhan yang semakin melambung tersebut.
"Kami harus bisa mengatur keuangan untuk belanja sehari-hari, misalnya dengan membeli sayuran dan buah-buahan yang harganya lebih terjangkau. Tapi setidaknya kebutuhan gizi keluarga tetap tercukupi," kata dia.
Sementara untuk kebutuhan pendidikan, Mia mengaku telah mengalokasikan dana khusus untuk membiayai pendidikan tinggi kedua putra-putrinya.
"Untuk biaya sekolah sudah kami siapkan tabungan pendidikan," tambahnya.
Meski begitu Mia mengaku jika kebutuhan membengkak, tak jarang dia mengajukan dana pinjaman ke bank dengan jaminan penghasilan suaminya.
"Ya terkadang berat kalau untuk memenuhi kebutuhan yang hampir bersamaan, sementara tulang punggungnya hanya satu", keluh Mia
Untuk itu ia berharap untuk calon presiden dan wakil presiden mendatang, siapa pun mereka harus bisa membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Terutama perubahan sistem, dan pengembangan ekonomi kreatif hingga ke level-level pedesaan.
"Yang terpenting bisa menyejahterakan rakyat kecil," pinta dia. Mengingat, ia mengaku prihatin dengan para pemimpin sekarang yang cenderung kurang amanah, sehingga mengurangi kepercayaan rakyat kepada pemerintah.
Persoalan serupa juga dialami Ibu rumah tangga dari Desa Margoluwih lainnya, Tri Mardisih yang mengaku sedikitnya harus mengeluarkan Rp 20 ribu per hari untuk uang saku kedua putra kembarnya yang kini duduk di bangku SD, dan juga untuk jajan putrinya yang masih balita.
"Berat sekali", aku ibu 35 tahun tersebut. Terlebih, suaminya saat ini memiliki mata pencaharian sehingga tidak ada pemasukan.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, pihaknya terpaksa masih menggantungkan pada orang tuanya, atau pun pinjaman dari sanak-saudaranya.
Tri juga mengaku belum mempersiapkan apa pun untuk menghadapi tahun ajaran baru, bulan puasa, maupun lebaran nantinya.
"Saya bingung karena kebutuhan biasanya meningkat 100 persen," ungkap Tri kepada kabarkota.com
Oleh karena itu ia juga berharap agar para capres-cawapres terpilih nantinya bisa memperhatikan nasib rakyat kecil.
"Semoga mereka bisa membantu rakyat kecil. Misalnya dengan memperbesar bantuan sekolah sehingga gratis sepenuhnya, bantuan pangan, dan juga jaminan kesehatan," harap Tri. (jid/tri)