YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, olahraga lari di Indonesia menjadi tren dengan jumlah peserta yang terus meningkat. Sayangnya, meningkatnya animo masyarakat menekuni olahraga lari ini berbanding lurus dengan dengan peningkatan korban meninggal saat berlari.
Tercatat total lima orang korban meninggal pada ajang lomba lari tahun 2018 hingga pertengahan 2019 menurut Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (ILUNI FKUI), meski terlihat sederhana, tapi penanganan keliru pada cedera saat lari bisa berakibat fatal.
“Risiko cedera yang ditimbulkan sangat besar dalam ajang olah raga lari. Baik cedera langsung (traumatic injury) atau cedera tidak langsung (overused injury). Jika penanganan tidak tepat, maka risikonya kematian mendadak,” kata dr. Jack Pradono Handojo, MHA
Kasus kematian mendadak yang terjadi saat ajang lari diduga akibat penanganan yang salah dan dipicu oleh hoax kesehatan terkait olahraga lari. Hoax kesehatan adalah informasi terkait kesehatan yang keliru dan belum terjamin serta teruji secara medis. Salah satu contoh hoax kesehatan misalnya informasi terkait dilarangnya minum selama berlari agar tidak muntah.
“Faktanya, aktivitas lari membuat tubuh berkeringat sebagai tanda otot yang sedang bekerja, sehingga tubuh harus terhidrasi agar terhindar dari potensi sengatan tinggi (heat stroke),” tegas Jack.
Selain itu hoax lainnya yang juga banyak dipercaya ialah bahwa lari menggunakan jaket bisa membakar lemak lebih cepat. Padahal, lanjut Jack, hal itu bisa berbahaya karena bisa menimbulkan overheating pada tubuh.
“Yang paling sering kita lihat (orang) lari menggunakan jaket plastik yang menutup semuanya dan mengurangi penguapan dan membuat badan overheating dan kemudian mengalami heatstroke,” kata dia.
Selain itu, banyak juga masyarakat yang mengurangi asupan minuman saat ingin berlari. Banyak masyarakat yang khawatir bahwa terlalu banyak minum membuat seorang sering ke toilet.
“Padahal, minum itu perlu supaya apa yg hilang melalui keringat bisa kembali. Itu juga bisa memicu heatstroke,” kata dia.
Lebih jauh dampak negatif, bahkan bahaya yang ditimbulkan bagi kesehatan lari sambil mengenakan jaket sebagai berikut :
Dehidrasi
Berlari atau jogging dengan mengenakan jaket ternyata merugikan kesehatan Anda karena tubuh mengeluarkan cairan lebih banyak akibat terjadinya peningkatan suhu sehingga Anda akan lebih mudah mengalami dehidrasi.
Merusak kulit
Bukannya sehat malah kulit jadi rusak, begitulah dampak buruk lainnya akibat jogging atau lari sambil mengenakan jaket. Keringat dan panas tubuh yang gagal menguap akibat tertahan lapisan jaket akan merusak permukaan kulit Anda sehingga kulit pun akan menjadi merah dan lebam setelah berolahraga.
Cepat lelah
Memakai jaket saat jogging atau lari dapat menurunkan kualitas olahraga Anda karena tubuh Anda mudah cepat lelah mengingat cairan tubuh yang keluar lebih banyak ditambah panas serta keringat yang tertahan. Kondisi ini hanya akan merusak rencana dan kualitas olahraga Anda.
Cuma dapat capek
Berlari atau jogging dengan menggunakan jaket juga dianggap tidak bermanfaat karena aktivitas olahraga yang Anda lakukan lewat metode ini hanya akan mengeluarkan cairan tubuh belaka bukan lemak. Ketika Anda kembali minum selepas olahraga maka bobot tubuh Anda tidak berkurang malah kembali seperti semula. Dengan demikian Anda hanya akan mendapat capeknya saja.
Memicu heat stroke
Aduh kalau yang satu ini jangan sampai menimpa Anda. Menurut para ahli kesehatan, berlari atau jogging dengan menggunakan jaket bisa memicu heat stroke yang bisa mengundang malaikat maut.
Mereka yang terserang heat stroke akan merasakan sejumlah gejala seperti pandangan mata berkunang-kunang, wajah pucat, tangan terasa dingin kemudian Anda pingsan. Nah kalau sudah pingsan kemudian tidak mendapat pertolongan maka nyawa Anda pun tak tertolong.
Oleh sebab itu penting untuk mengedukasi masyarakat terkait informasi yang keliru. Dengan demikian, insiden meninggal mendadak usai olahraga bisa dikurangi. (Ar-01)