Kabarkota.com – Di era digital ini penggunaan ponsel pintar dan sosial media tidak lagi mengenal usia dan menjadi gaya hidup termasuk anak-anak. Namun perlu diingat bahwa Dampak Negatif Game Online karena otak anak-anak masih berkembang dan mereka belum bisa membuat keputusan yang matang ketika dihadapkan sesuatu hal.
Salah kebiasaan orang tua misalnya anak yang masih berusia 12 tahun ingin bermain video game di internet. Saat yang bersamaan orang tuanya ingin istirahat sejenak jadi mengizinkannya untuk memainkan ponsel pintar tanpa pengawasan.
Secara kasak mata dampak negatif game online umumnya dapat berupa kecanduan, menimbulkan sikap buruk baik seperti tutur,lebih jauh dapat memberikan efek negatif pada perkembangan otak anak.
Dikutip dari alodokter kecanduan game online bisa dialami siapa saja, baik anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Padahal, bermain game bisa menjadi hal yang menyenangkan untuk mengatasi stres. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, kebiasaan ini bisa berdampak buruk bagi penderitanya.
Tak sedikit orang yang menjadikan game online sebagai hobi untuk mengisi waktu luang. Apabila masih dilakukan dalam batasan yang wajar dan tidak mengganggu aktivitas maupun kondisi kesehatan, kebiasaan ini sebenarnya tidak bermasalah.
Namun, bila bermain game online sudah menimbulkan kecanduan atau adiksi, hal inilah yang perlu Anda waspadai.
Dampak Negatif Game Online
Bahayanya Game online terbaru sudah dilengkapi dengan fasilitas chatting, sehingga anak usia belasan tahun sudah bisa melihat apa saja saat chatting dengan orang lain yang sama-sama main game secara online. Sayangnya sebagian besar dari mereka mungkin lebih dari usia anak kita.
Berikut pemaparan selengkapnya 5 dampak negatif yang sering dianggap sepele orang tua
1. Suasana Hati Tidak Terkontrol
Apabila kita lihat seseorang yang sedang asik dan seriusnya bermain game online, pasti ketika ia merasa jengkel karena kalah, tak mampu bermain bagus atau tak mampu mengungguli lawannya akan muncul amarah yang meledak-ledak.
Bahkan ada beberapa pelajar yang suka melampiaskan kemarahannya dengan memukul-smukul tangannya ke meja atau bahkan berteriak seenaknya.
2. Muncul Kata-Kata Yang Tidak Sopan
Biasanya para remaja mengalami kesulitan atau setidaknya kalah dalam bermain di game online, mereka akan dengan mudah mengeluarkan kata-kata atau istilah-istilah yang kurang mengenakan untuk didengar.
Bayangkan jika kebiasaan yang sama bisa saja diikuti oleh anak-anak yang masih belum mengerti baik buruknya kata-kata tersebut, bayangkan jika kebiasaan ini terbawa ke kehidupan di luar game online.
3. Mudah Menyalahkan Orang Lain
Ketika sedang asik-asiknya bermain ternyata jika mereka dihadapkan pada kondisi dimana ada beberapa teman se-clan atau timnya yang ceroboh sehingga menyebabkan mereka kalah, mereka akan mudah merasa kesal dan marah.
Hal akan mendorong anak yang merasa dirugikan untuk menyalahkan orang yang menyebabkan kalah bermain. Tak jarang timbul cekcok antara pemain dan akhirnya saling menyalahkan bahkan saling memaki.
4. Berprilaku Autisme
Sebuah penelitian menemukan bahwa pemain game online biasanya hanya terpaku pada permainannya saja tanpa peduli dengan lingkungan sosialnya yang akan menyebakan masalah kepribadian, seperti kurang percaya diri, introvert, sering mengalami cemas yang berlebihan dan juga takut yang berlebihan.
Kecanduan game online dapat mempengaruhi cara kerja otak dan organ bagian dalam otak dan pengaruhi perilaku manusia.
Jika dibiarkan dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan seseorang menjadi autisme sebab orang yang sudah kecanduan game online akan mengalami perubahan cara kerja otak dan mood atau suasana hati yang tidak dapat dikendalikan lagi oleh diri sendiri seperti gejala autisme pada umumnya
5. Penurunan Konsentrasi Belajar
Karena fokus yang hanya terarah pada game online juga berpengaruh pada turunnya konsentrasi belajar. Menghabiskan banyak waktu dengan game online di ponsel pintar mengakibatkan anak lebih aktif memikirkan bagaimana cara untuk menyelesaikan tahap demi tahap permainan tersebut.
Yang perlu orang tua lakukan adalah ketika kita mengakui telah melewati batas, cobalah meminta maaf. Ini akan sangat membantu, tanpa memandang usia, cara ini membuat anak merasa dirinya penting bagi orang tua.
“Pikirkan apakah Anda merasa nyaman dengan apa yang dilakukan anak. Anda adalah orang tua.”