Microgreen, Si Tanaman Mungil yang Menyehatkan

Microgreen (dok. kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber makanan sehat yang digalakkan untuk dikonsumsi masyarakat. Namun di sisi lain, penggunaan pupuk kimia pada tanaman sayur dan buah juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Salah satunya adalah Penyakit Tidak Menular (PTM).

Bacaan Lainnya

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dipublikasi di laman kemenkes, prevalensi PTM seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi, mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.

Data menunjukkan, prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.

Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, yang salah satunya berkaitan dengan konsumsi makanan.

Berangkat dari permasalahan itu, praktisi pertanian organik di Yogyakarta, Robi N rajin mengenalkan sistem pertanian organik bebas pestisida yang dianggap mampu menghasilkan buah dan sayur yang lebih sehat untuk dikonsumsi.

“Residu dari pestisida yang menempel pada sayuran dan buah-buahan memang tak langsung dirasakan, tapi efeknya jangka panjang,” kata Robi kepada kabarkota.com, baru-baru ini.

Microgreen adalah salah satu yang selama ini Robi kampanyekan ke masyarakat. Microgreen ini berupa sayuran yang dipanen, saat usia tanaman baru berkisar 7-14 hari setelah semai. Biarpun masih berbentuk kecambah, namun, microgreen kaya akan nutrisi, vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.

Tanaman jenis ini bisa langsung dikonsumsi tanpa harus diolah terlebih dahulu. Biasanya, dibuat salad sayur, campuran pecel, gado-gado, nasi goreng, mie, atau sekedar untuk lalapan segar.

Cara pembuatannya juga terhitung mudah dan praktis karena bisa dilakukan oleh siapa saja, dan tanpa membutuhkan lahan. Untuk membuat microgreen, cukup menggunakan nampan atau wadah lain yang kemudian diberi media taman berupa kompos yang matang dan bersih, serta dibibasahi dengan air supaya lembab. Kemudian benih sayuran ditabur di atasnya. Jumlah benih yang disemai menyesuaikan wadah yang digunakan.

Selanjutnya, kata Robi, wadah tersebut disimpan selama empat hari di tempat yang agak gelap, lalu dipindahkan ke tempat yang bisa menjaga kelembaban tanaman, sampai akhirnya bisa dipanen.

Meski secara kualitas hasil pertanian organik lebih bagus dibandingkan hasil pertanian organik, namun Robi mengaku, masih menghadapi tantangan untuk bisa mensosialisasikan urban farming ini ke masyarakat.

Ditambah lagi, belum adanya regulasi pemerintah yang cukup memadahi untuk memberikan perlindungan bagi para petani yang ingin mengembangkan sistem pertanian organik secara umum. (Rep-01)

Pos terkait