Ilustrasi: visual Gunung Merapi yang terlihat dari Puncak Sosok Bawuran, Pleret, Bantul, DIY, pada Jumat (17/8/2018) sore. (sutriyati/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Meskipun tumbuhnya kubah lava baru di puncak Merapi menandai fase erupsi magmatik, namun hingga kini, status Gunung berapi di perbatasan DIY-Jawa Tengah ini masih di level II atau waspada.
Untuk itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (BBTKG PVMBG Badan Geologi KESDM) mengimbau, agar masyarakat tak terpancing isu-isu mengenahi erupsi gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya alias hoax.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, melalui radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, ataupun melalui berbagai saluran resmi milik BPPTKG, seperti website, media sosial, maupun kantor BPPTKG di Yogyakarta.
“Jika terjadi perubahan aktivitas Merapi yang signifikan, maka statusnya akan segera ditinjau kembali,” tegas Sunarta dari BPPTKG, melalui siaran pers, Minggu (19/8/2018).
Namun demikian, pihaknya meminta, radius 3 km dari puncak Merapi agar dikosongkan dan masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III juga meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Merapi.
“Kegiatan pendakian gunung Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana,” jelasnya lagi
Karakter Erupsi Merapi sama dengan sebelum Letusan 2010
Sebelumnya pada 18 Agustus 2018 kemarin, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida merilis temuan terbentuknya kubah lava baru dengan dimensi panjang sekitar 55 meter dan lebar sekitar 25 meter tinggi sekitar 5 meter dari permukaan kubah lava 2010. Hanya saja, gunung Merapi belum menunjukkan peningkatan aktivitas gunung yang signifikan, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Sementara terkait karakternya, Hanik memperkirakan, erupsi kali ini juga sama dengan erupsi di tahun 2006 dan 2002 silam.
“Jika nantinya kubah tersebut terus tumbuh karena pengaruh kegempaan di sekitar Merapi, maka berpotensi memunculkan awan panas,” jelasnya. (sutriyati)