YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementrian Koperasi dan UKM RI, Braman Setyo menganggap, masalah terbesar yang dihadapi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) selama ini terkait dengan akses pendanaan. Pernyataan tersebut disampaikan Bram usai meresmikan Pusat Layanan Umum Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT KUMKM DIY), Rabu (25/6) di Yogyakarta.
"Dari pengakuan pelaku UMKM yang saya temui tadi, pengusaha yang masih berdiri sendiri menyatakan ingin bergabung dengan koperasi," kata Bram kepada wartawan.
Untuk itu pihaknya berharap agar kehadiran PLUT KUMKM di DIY ini dalam memecahkan persoalan yang selama ini mereka hadapi, kaitannya dengan akses pembiayaan agar lebih mudah.
Bram menjelaskan, sejak tahun 2013, PLUT KUMKM ini telah hadi di 21 titik yang tersebar di 16 provinsi se Indonesia. Sedangkan pada tahun 2014 ini, Kementrian Koperasi dan UKM akan menambah 22 titik lagi. Targetnya, pada tahun 2019 mendatang, seluruh kabupaten/kota di 33 Provinsi dapat terpenuhi.
"Isu nasionalnya, bagiamana kami bisa mengangkat daya saing mereka," tegasnya.
PLUT KUMKM ini, sambung dia, sebagai salah satu upaya untuk mendorong pelaku usaha dengan dengan model pendampingan. Pasalnya PLUT juga memberika layanan konsultasi bisnis, pendampingan usaha, promosi dan pemasaran, akses pembiayaan, pelatihan bisnis, networking, serta layanan pusat enterpreneur.
Ia mengaku, Kemenkop UKM telah mengucurkan dana Rp 4 Milyar dari APBN untuk pembangunan PLUT di tingkat provinsi, dan Rp 3 Milyar untuk PLUT di masing-masing kabupaten/kota, dengan 7 konsultan di tiap provinsi, dan 5 konsultan untuk kabupaten/kota.
Koordinator konsultan PLUT KUMKM DIY, Yuli Afriyandi menyebutkan, hingga saat ini, sedikitnya 200 UMKM telah memanfaatkan layanan terpadu tersebut.
"Sebagian besar pelaku koperasi dan pengrajin," sebutnya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY, Riyadi Ida Bagus Salyo memperkirakan, total pelaku UMKM DIY mencapai 2.729. Dari jumlah tersebut, 70 persennya telah menjadi anggota koperasi. Maski pun, anggota aktifnya masih sekitar 79 – 80 persen.
"Satu koperasi anggotanya kurang lebih 250 UMKM," ucapnya.
Sri Suparni, salah satu pelaku UMKM dari wilayah Tempel Sleman berharap, agar keberadaan PLUT dapat membantu pengembangan usaha makanannya, yang telah dirilis sejak 2010 lalu.
"Saya masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 10 juta untuk bisa mengembangkan usaha, terutama menjelang lebaran seperti sekarang," kata Sri. (jid/tri)