Aliansi Jaga Jogja Imbau Masyarakat tak “Sembrana” Hadapi Pandemi di DIY

Banner “Jaga Jogja, Aja Lena, Aja Sembrana” yang dipasang di Tugu Golong-Gilig, pada 1 – 2 Agustus 2020. (dok. istimewa)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi untuk Bergotong-royong menjaga Jogja mengimbau masyarakat di DIY agar tak terlena dan sembrana (main-main) dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang belum usai ini.

Bacaan Lainnya

Juru Bicara Aliansi dari Korwil Mafindo Yogyakarta, Nurholis Majid menilai, dalam beberapa hari terakhir, masyarakat terlihat mulai berkurang kewaspadaannya. Hal itu terlihat dari kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan yang mulai kendor, seperti tak menggunakan masker di ruang publik, serta mengabaikan aturan jaga jarak, dan menghindari kerumunan.

“Hal ini menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak, terlebih ada peningkatan kasus harian yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir,” kata Nurholis dalam siaran pers, Sabtu (1/8/2020).

Padahal, kata dia, DIY baru saja dinilai sebagai provinsi yang berhasil meredam dampak pandemi Covid-19. Semestinya, dengan partisipasi publik dan kepatuhan yang baik, sinergi dengan pemerintah daerah yang erat, maka DIY juga mampu menahan laju kasus positif harian COVID-19.

Pihaknya berharap, melalui gerakan yang dilakukan oleh Aliansi Jaga Jogja ini, masyarakat memiliki kesadaran bahwa menahan dampak pandemi COVID-19 merupakan upaya berkelanjutan hingga pandemi berakhir.

“Sebelum pandemi ini nyata-nyata punah, maka masyarakat Yogya akan terus mempertahankan kewaspadaan dengan menjaga sikap aja lena, aja sembrana,” pintanya.

Nurholis menyebut, ada lebih dari 20 lembaga yang bergabung dalam aliansi Jaga Jogja ini. Diantaranya, MAFINDO Yogyakarta, AJI Yogyakarta, LKK PWNU DIY, Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), GP Ansor DIY, GERKATIN DIY, Gerkatin Kabupaten Sleman, Rumah Perubahan LPP, PR2Media, Perkumpulan Sinergi Sehat Indonesia (PSSI), Rifka Annisa, MIK UAJY, Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN), Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Himmikom Atmajaya, Jogja Sehat Tanpa Tembakau (JSTT), Ikatan Sarjana Katholik Indonesia (ISKA) DIY, DEMA FISHUM UIN Sunan Kalijaga, PUSBISINDO, GEMAYOMI, dan KKPKC KAS.

“Kami akan terus melakukan ‘gethok-tular’ untuk mengajak masyarakat Yogyakarta agar saling menjaga, patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker di ruang publik, rajin mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan menghindari keramaian. Intinya PHBS plus,” sambung Nurholis.

Sementara Ketua Presidium MAFINDO, Septiaji Eko Nugroho menambahkan, aliansi juga akan berperan untuk memerangi infodemi atau kabar bohong yang mengikuti pandemi Covid-19, dan tidak kalah berbahaya dibanding virusnya sendiri.

Infodemi ini, sebut Septiaji, ditengarai menjadi salah satu penyebab turunnya ketidakpatuhan masyarakat. Bahkan di beberapa tempat itu memicu ketidakpercayaan dan intimidasi kepada tenaga kesehatan dan rumah sakit.

“Kita patut berjuang untuk memerdekakan masyarakat dari penyakit informasi ini supaya mereka bisa mengambil keputusan atas informasi yang benar,” ucapnya.

Sebagai upaya simbolis dimulainya gerakan, imbuh Septiaji, pihaknya akan dipasang banner besar dengan tema “Jaga Jogja, Aja Lena, Aja Sembrana” di Tugu Golong-Gilig yang merupakan simbol Yogya, pada 1 – 2 Agustus 2020. Guna menghindari keramaian, aliansi tidak mengerahkan massa di lokasi tersebut.(Ed-01)

Pos terkait