Suasana ramai di salah satu toko pakaian dan peralatan ibadah di Pasar Beringharjo Yogyakarta, pada 6 April 2024 (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Aktivitas perdagangan di toko-toko pakaian dan peralatan ibadah di Pasar Beringharjo Yogyakarta kian ramai mendekati lebaran Idul Fitri 1445 H/2024.
David Chaniago, pemilik Toko Gudang Sajadah mengaku, sejak H-7 bulan Ramadan hingga menjelang Idul Fitri saat ini, penjualan sajadah, mukena, dan sarung di tempatnya mengalami peningkatan dibandingkan hari-hari biasa.
“Peningkatannya di atas 75 persen,” ungkap David saat ditemui di Pasar Beringharjo Yogyakarta, Sabtu (6/4/2024).
Dalam sehari, David mengaku bisa meraup omzet sedikitnya Rp 30 juta dari hasil penjualan tersebut.
Menurut David, maraknya toko online tidak terlalu berpengaruh terhadap omzet penjualannya selama ini. Sebab, dirinya mampu menjual barang dagangannya dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga di pasaran.
“Harga barang dagangan kami di bawah standar toko lain dengan spek yang sama bagusnya,”
Misalnya, sebut David, sajadah dijual dengan harga mulai di bawah Rp 6 ribu-an, harga sarung mulai Rp 45 ribu, dan mukena harganya mulai dari Rp 48 ribu. Bahkan selama bulan Ramadan ini, David menjual semua dagangannya tersebut dengan harga grosir, namun bisa dibeli secara eceran.
“Penjualan online tidak berpengaruh karena saya mendapatkan barang langsung dari pabrik. Sementara penjual online belum tentu dapat dari barang langsung dari pabrik,” tegasnya.
Ashobru, owner Toko Hanum di Pasar Beringharjo juga merasakan dampak positif dari datangnya bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Penjualan mukena di tokonya mengalami peningkatan sekitar 50 persen – 70 persen, selama bulan Ramadan ini.
Pria yang sudah berjualan di Pasar Beringharjo selama 20 tahun ini mengaku, sejak sebelum Ramadan hingga memasuki awal bulan puasa, mukena model polos banyak dibeli dalam partai besar, dengan harga di bawah Rp 100 ribu per mukena.
“Sekarang yang penjualannya kencang itu mukena model traveling, dengan harga kisaran Rp 80 ribu – Rp 125 ribu,” sebutnya.
Namun demikian, Ashobru menilai, penjualan mukena menjelang lebaran tahun ini jauh lebih menurun jika dibandingkan menjelang lebaran tahun sebelumnya.
Ia menduga, penurunan penjualan ini karena dari sisi ekonomi masyarakat juga sedang menurun. “Sekarang sedikit meningkat karena orang mendapatkan THR,” anggapnya.
Jika jelang lebaran tahun sebelumnya dalam sehari bisa menjual sedikitnya 100 mukena, maka pada tahun ini, mukena yang terjual per hari rata-rata 50, dengan omzet sekitar Rp 3 juta.
Bagi Ashobru, maraknya penjualan online cukup berpengaruh terhadap omzet mukenanya. Meski demikian, ia mengaku enggan memanfaatkan platform digital untuk pemasaran produknya, dan memilih berjualan secara offline karena konsumen bisa secara langsung melihat dan memilih barang yang akan dibeli. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 80 ribu – Rp 450 ribu per mukena, tergantung jenis dan kualitasnya. (Rep-01)