Ilustrasi (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pemerintah Daerah (Pemda) meluncurkan logo Hari Ulang Tahun (HUT) ke-270 DIY dan Purwarupa Alat Pembakar Sampah, di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) DIY, pada Jumat (14/2/2025).
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono mengatakan, perjalanan panjang 270 tahun DIY bukan sekadar catatan waktu, melainkan jejak langkah yang tertata, bertumbuh, dan menaungi.
“Dalam tema dirgahayu “Tumata, Tuwuh, Ngrembaka”, kita menemukan esensi, bahwa rakyat adalah pelaku utama perubahan… mereka bukan sekadar penerima kebijakan, tetapi juga harus dilibatkan secara aktif sebagai arsitek dari masa depan mereka sendiri,” dalam sambutan tertulisnya.
Beny menjelaskan bahwa “Tumata” berarti tertata. Pemerintahan yang baik bukan hanya tertib dalam aturan, tetapi juga selaras dengan denyut kehidupan rakyatnya.
Dari keteraturan itu, lanjut Beny lahir “Tuwuh” yang dapat dimaknai bahwa pertumbuhan tidak hanya diukur dari angka, melainkan juga dari daya hidup yang terus berkembang.
“Yogyakarta bukan sekadar bertambah usia, tetapi bertumbuh dengan kesadaran kolektif, memperkuat daya saing tanpa kehilangan jati diri,” tuturnya.
Kemudian, sebut Beny, sampai pada tataran “Ngrembaka”, yakni kerimbunan yang menaungi semua. Mengingat, kemajuan bukan milik segelintir orang, tetapi milik seluruh masyarakat yang terlibat aktif dalam pembangunan.
Lebih lanjut Sekda menambahkan, logo Hari Jadi ke-270 DIY ini merupakan representasi dari semangat Yogyakarta yang tertata dalam kebijaksanaan, bertumbuh dalam inovasi, dan menaungi dalam kebersamaan. Dengan warna hijau dan kuning atau yang dikenal sebagai “pare anom” itu meneguhkan jati diri sebagai daerah yang kaya sejarah dan kearifan lokal. Sedangkan ikon Jatilan mengingat bahwa budaya adalah nafas kehidupan DIY.
Selain itu, Beny menganggap, peluncuran Purwarupa Alat Pembakar Sampah semakin menambah makna. “Ini sebuah langkah nyata guna menjawab tantangan lingkungan yang semakin kompleks”.
Sebab, kata dia, menata dan menumbuhkan itu bukan tentang manusia saja, tetapi juga tentang merawat bumi, “Memasuh Malaning Bumi”. (Ed-01)