YOGYAKARTA – Maraknya geng sekolah dan semakin meningkatnya kekerasan pelajar menimbulkan keresahan orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di Yogyakarta. Hazwan Iskandar, seorang wali siswa SMA di Yogyakarta mengakui adanya fakta yang mengejutkan di setiap sekolah di Yogyakarta.
Hazwan menjelaskan, kelompok atau geng sekolah tidak asing lagi dan punya organisasi yang dipimpin oleh seseorang yang biasa disebut bos. Untuk menghubungi level pimpinan ternyata harus melewati beberapa ring.
“Pada saat anggotanya ingin menaikkan level biasanya mereka melakukan kekerasan hingga pembacokan agar bisa dipandang. Selalu ada korban di tiap angkatan sehingga balas dendam terus terjadi turun-temurun di setiap angkatan,” kata Hazwan dalam diskusi di Yogyakarta, Kamis (15/12/2016).
Apalagi menurut Hazwan, sekarang ini orang tua sudah jarang melakukan pendampingan, bergaul dengan anak, dan seharusnya harus mengetahui guru, teman sekelasnya, media sosial yang digunakannya, walaupun tanpa diketahui oleh sang anak.
Pada saat seorang anak melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, kata dia, misalnya anak meminta sesuatu yang dibarengi dengan ancaman. ini adalah salah satu tanda adanya permasalahaan pada anak tersebut.
“Saat ini mulai luntur laku pribadi orang tua terhadap anaknya, seperti berdoa untuk anak-anaknya dan melakukan puasa yang dapat menyambungkan frekuensi batin antara orang tua dan anak.
Forum Komite SMP di Yogyakarta, Sudarman menceritakan pengalaman berupa kekerasan yang dialami putrinya yang duduk di bangku SMA. Putrinya tersebut berangkat ke sekolah pagi-pagi. Saat di lampu merah kendaraannya sengaja ditabrak dari belakang oleh dua orang siswa laki-laki.
“Saat menengok kebelakan siswa tersebut mengacungkan clurit, kejadian ini membuat sang anak jadi trauma dan takut masuk sekolah.
(rep-05/ed-01)