Pegumuman dari salah satu toko pengecer gas elpiji 3 Kg di Sleman, pada 26 Februari 2025. (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Sejak kelangkaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau gas elpiji 3 kg terjadi termasuk di DIY, Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY telah memastikan bahwa distribusi gas melon tetap lancar, ketersediaan stok cukup, dan harga di pangkalan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Kepala Disperindag DIY Yuna Pancawati melalui rilis Humas Pemda DIY, pada 4 Februari 2025 lalu.
Namun fakta di lapangan, hingga kini, sejumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khususnya di Sleman dan Kota Yogyakarta masih kesulitan mendapatkan pasokan gas LPG 3 kg, baik melalui pangkalan maupun pengecer.
Salah satu penjual kuliner di Sleman, Warsinem mengaku sejak sebulan terakhir kesulitan mendapatkan gas melon hingga membuat usahanya terhambat.
“Kadang jadi kacau ketika akan berjualan, karena saya biasa pakai dua tabung sekali memasak. Kalau hanya dapat satu tabung, jadinya lama dan terpaksa siang jualannya,” ungkap penjual lotek ini kepada kabarkota.com, pada Kamis (27/2/2025).
Tak hanya itu, ibu dua anak ini mengungkapkan bahwa harga beli satu tabung gas elpiji 3 kg juga cenderung naik, dari sebelumnya Rp 22 ribu/ tabung kini mencapai Rp 25 ribu – Rp 29 ribu/tabung.
Kondisi serupa juga dialami salah satu penjual kuliner di kota Yogyakarta, Wulan yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan gas elpiji 3 kg sejak dua minggu terakhir.
“Saya pernah terpaksa tutup, tidak jualan karena cari gas sangat susah. Saya sudah berkeliling ke beberapa tempat tapi tidak dapat,” ucapnya.
Kalau pun dapat, sebut Wulan, harganya juga sudah naik, dari sebelumnya kisaran Rp 20 ribu – Rp 23 ribu/tabung sekarang menjadi Rp 25 ribu/tabung.
Namun demikian, dirinya tetap tak menaikkan harga jualannya karena khawatir pelanggannya akan berpaling. Terlebih, dalam kondisi normal saja, omzetnya menurun sekitar 50 persen karena turunnya daya beli masyarakat.
Lain halnya dengan penjual angkringan di Sleman, Bahar yang menyampaikan bahwa dirinya tidak lagi kesulitan mendapatkan gas melon, meskipun jumlahnya masih terbatas.
“Saya biasanya dapat tiga, sekarang cuma dua tabung,” tuturnya.
Sebelumnya, Bahar juga sempat merasakan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kg hingga memengaruhi penurunan omzet sekitar 70 persen.
Oleh karena itu, mereka berharap agar pemerintah bisa segera mengatasi persoalan kelangkaan gas melon ini. Meskipun harga naik, tetapi jika stok mencukupi terlebih menjelang bulan Ramadan, maka harapannya, usaha mereka bisa berjalan normal kembali.
Sementara salah satu pengecer gas melon di Sleman, Ramlan menjelaskan, sejak kelangkaan gas elpiji 3 kg, tokonya tidak selalu mendapatkan pasokan gas dari agen.
“Saya diberi oleh agen itu belum tentu seminggu sekali. Itu pun dapatnya hanya 10 tabung,” kata Ramlan. Padahal, dirinya memiliki 27 tabung yang ketika kondisi normal bisa terisi gas semua.
Ramlan juga menyampaikan, meskipun pasokan gasnya terbatas dan selalu habis terjual dengan cepat, namun ia tidak menaikkan harganya.
“Saya kasihan pemakai kalau harganya terlalu tinggi. Saya menjualnya di harga RP 22 ribu per tabung,” sambung pria 62 tahun ini.
Pemkab Sleman Sidak Ketersediaan Gas Melon

Di lain pihak, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui tim gabungan termasuk dari Pertamina Patra Niaga Yogyakarta telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ketersediaan gas elpiji 3 kg di sejumlah restoran dan laundry (binatu) di Sleman, pada 26 Februari 2025.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Sleman, Haris Martapa menyampaikan bahwa sidak ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Nomor B-2461/MG.05/DJM/2022 tentang larangan penggunaan tabung gas elpiji 3 kg bersubsidi untuk pelaku usaha non-mikro. SE ini melarang penggunaan gas elpiji 3 kg untuk hotel, restoran, binatu, usaha batik, peternakan, pertanian, usaha tani tembakau, dan usaha las.
“Sidak kali ini menyasar restoran besar dan laundry di Jalan Godean dan Jalan Kabupaten yang terindikasi menggunakan gas elpiji 3 kg. Untuk restoran dan binatu yang ditemukan masih menggunakan gas elpiji 3 kg akan ditukar dengan gas elpiji 5,5 kg,” kata Haris sebagaimana dirilis Pemkab Sleman.
Menurutnya, dari 12 restoran dan dua binatu yang terkena sidak, terdapat 58 tabung gas elpiji 3 kg yang kemudian ditukar dengan 29 tabung gas elpiji 5,5 kg.
Selain itu di kesempatan yang sama, Pemkab Sleman juga memastikan stok gas elpiji 3 kg di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) PT. Murni Makmur Sejahtera Ambarketawang dalam kondisi aman menjelang Ramadan.
“Pantauan ke SPBE ini untuk melihat kondisi lapangan bahwa pemenuhan gas di pangkalan dan agen sudah terpenuhi. Dan memastikan bahwa stok gas elpiji 3 kg aman sampai akhir puasa,” kata Haris.
Haris berdalih, kelangkaan gas elpiji 3 kg yang terjadi di Sleman dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya, faktor cuaca yang menyebabkan terkendalanya kapal tanker pengangkut elpiji tidak bisa merapat ke dermaga. Namun, kondisi tersebut sudah berangsur membaik, sejak kapal tanker pengangkut gas milik Pertamina saat ini sudah bisa merapat ke dermaga.
Haris juga menambahkan bahwa Pemkab Sleman telah mengirimkan permintaan penambahan alokasi fakultatif gas elpiji 3 kg di tahun 2025 ini sebesar 15.891.667 tabung ke Pertamina. Alokasi ini meningkat 14 persen dari tahun 2024 yang jumlahnya 13.961.333 tabung.
Dinas Perdagangan Kota Yogya: Stok LPG 3 Kg Aman dan tak ada Pembatasan di Pangkalan
Di Kota Yogyakarta, Kepala Dinas Perdagangan, Veronica Ambar Ismuwardani mengklaim bahwa ketersediaan LPG 3 kg masih aman dan tidak ada pembatasan pasokan di pangkalan. Meskipun terkadang ada keterlambatan pengiriman 1 – 2 hari.
“Stok masih bisa dipenuhi oleh Pertamina karena secara distribusi lokasinya tidak terlalu jauh sehingga mudah dijangkau, dan tidak ada pembatasan,” tegas Ambar kepada wartawan di Yogyakarta, pada 19 Februari 2025. Hanya saja, mereka memang fokus untuk melayani tetangga sekitar.
Pihaknya menyebut, di Kota Yogyakarta sedikitnya ada 14 pangkalan gas yang aktif. Selain itu, ada 38 Pertamina retail yang belum diaktifkan kembali oleh Pertamina. “Kami berharap pangkalan itu bisa diaktifkan lagi sehingga jangkauan bisa lebih luas,” pintanya.

Terkait masih adanya kesulitan pelaku UMKM mendapatkan gas elpiji 3 kg, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak panic buying. Sebab, ketersediaan gas di pangkalan menyesuaikan dengan pengiriman dari agen. Sedangkan agen tergantung pada suplai dari Pertamina.
“Nah, ketersediaan Pertamina untuk mensuplai seperti apa? Sampai sekarang, kami memang belum ada koordinasi secara khusus dengan Pertamina. Nanti, kami akan mencoba komunikasi dengan mereka,” lanjutnya.
Biasanya, ucap Ambar, menjelang Hari Besar Keagamaan, ada pengajuan alokasi fakultatif dari Hiswana dan pihaknya akan merekomendasikan untuk penambahan alokasi itu.
Ambar juga mengaku, selama ini pihaknya rutin melakukan sidak, sembari menunggu komunikasi dari Pertamina dan Hiswana. (Rep-01)