Lonjakan Lansia Pada 2035 Menjadi Persoalan Besar Indonesia

SLEMAN (Kabarkota.com) – Pakar Kependudukan UGM, Sukamdi memprediksi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia akan meningkat di atas seratus persen di tahun 2035. 
Menurut Sukamdi, hasil proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035 yang pernah
dirilis oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM beberapa waktu lalu menunjukkan, persentase jumlah penduduk lansia pada 2010 berjumlah 11.878.236 jiwa. Namun angka itu terus meningkat menjadi 32.112.361 jiwa) pada 2035.
 “Negara ini sebenarnya akan menghadapi persoalan besar. Persoalan yang sama
ini juga sudah terjadi di negara lain seperti Jepang. Tapi, belum ada kesadaran penuh bahwa kita mempunyai persoalan besar soal lansia,” kata dia.
Sukamdi menambahkan, Indonesia belum mempunyai respon yang cukup terhadap persoalan lansia.
Dia menjelaskan, menjadi tua  akan berhadapan dengan tiga kesenjangan. Pertama, kesenjangan geografis, yakni hubungan atau pertemuan fisik antara orang tua dengan anak akan semakin jarang.  
 
Kedua, kata dia, adanya kesenjangan kultural, yakni perbedaan cara pandang dan nilai antara orang tua dengan anak. Dan terakhir adalah kesenjangan ekonomi.
Dulu, jelas dia, dalam satu rumah tangga, satu sumber pendapatan bisa dibagikan untuk kebutuhan seluruh anggota rumah. Namun, saat ini mulai berubah. Suami istri bahkan anak sudah memiliki rekening atau tabungan masing-masing. 
“Mulai terjadi segmen ekonomi di dalam rumah,” papar dia,
Pakar Kesehatan Reproduksi UGM Muhadjir Darwin mengatakan, kondisi yang terjadi di negara-negara maju seperti Jepang, Eropa itu bisa menjadi pelajaran. Angka fertilitas (TFR) yang menurun serta proporsi penduduk lansia yang terus meningkat pada akhirnya membawah pengaruh yang kurang baik bagi pertumbuhan ekonomi negara.
Menurutnya, membatasi jumlah penduduk ternyata lebih mudah dibandingkan menaikkan angka fertilitas.
“Angka fertilitas di Indonesia sebenarnya tidak perlu ditekan terlalu rendah. Angka fertilitas di bawah dua itu akan berdampak kurang bagus karena jumlah penduduk Indonesia nanti terlampau rendah,” tambah Muhadjir. Karenanya bagi dia, perlu mengendorkan program KB. (jid/rin)

Pos terkait