Masyarakat Kurang Peduli Terhadap Lingkungan

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Daerah pinggiran sungai saat ini kian tersisihkan. Padahal sungai merupakan awal mula peradaban. Kepedulian mutlak diperlukan.
Demikian ditegaskan Sekretaris Forum Komunitas Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong, Agus Susanto kepada kabarkota.com. Ia menjelaskan, poin penting yang bisa diambil ketika mengembalikan sungai menjadi pusat peradaban adalah menjaga dan menyelamatkan sumber air.
"Pemahaman masyarakat terhadap lingkungan masih tipis. Baik itu dari sisi ekonomi, sosial maupun budaya," kata Agus usai mengisi sarasehan di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta, Minggu (22/6).
Ia menjelaskan, sumber air, khususnya di Sungai Gajah Wong yang semula ada 28 titik kini sudah mati 2 titik dan sisanya belum termaksimalkan semua. Menurutnya, hal itu disebabkan kurang pedulinya masyarakat terhadap lingkungannya.
Agus menilai, pemanfaatan air sumur dengan  sumber mata air lebih baik sumber mata air. Pasalnya, air sumur cukup rawan adanya pencemaran di daerah perkotaan. "Air sumur memiliki kans pencemaran lebih tinggi. Air yang langsung dari sumber lebih aman dari pencemaran," ujarnya.
Adapun pencemaran air sumur disebabkan belum adanya tempat khusus pembuangan air setelah dipakai. Baik itu di perumahan maupun industri perhotelan. Untuk itu, Agus menghimbau agar masyarakat Kota Yogyakarta yang tinggal di pinggiran sungai mulai peduli dengan tempat tinggalnya. 
Sementara itu, Staf Wanaha Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta, Risalati Aminatu Insaniyah menilai kesadaran masyarakat untuk peduli dengan kebersihan sungai kian tampak meskipun belum sepenuhnya. 
"Pencemaran air sungai dapat dikurangi dengan menghimbau, baik itu kepada pelaku industri kreatif maupun perhotelan agar jangan sampai membuang air limbahnya ke sungai," tandasnya. (jid/kim)

Pos terkait