Ilustrasi (fb sma taruna nusantara)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Peristiwa pembunuhan terhadap seorang siswa Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah, Kresna Wahyu Nurachmadi oleh temannya sendiri berinisial AMR cukup mengejutkan bagi dunia pendidikan di tanah air. Terlebih, selama ini, SMA yang menerapkan pendidikan semi militer tersebut terkenal sebagai sekolah dengan kualitas bagus.
Hal tersebut sebagaimana dilontarkan anggota Komisi X DPR RI, Esti Wijayati, saat dihubungi kabarkota.com, Sabtu (1/4/2017). Sebagai wali murid salah satu alumnus SMA Taruna Nusantara, Esti memahami benar pola pendidikan yang ditanamkan di sekolah tersebut, ketika itu.
“Sebenarnya, hasil didikan dari SMA Taruna Nusantara mempunyai kualitas yang baik. Nasionalis, disiplin tinggi, berdedikasi, dan kapasitasnya juga bagus,” kata Esti.
Bahwa kemudian terjadi kasus pembunuhan, baru-baru ini, menurut Esti, itu murni kenakalan anak yang kebablasan, karena motifnya balas dendam.
Selain itu, ia juga menduga, ada kelonggaran pengawasan dan aturan yang diterapkan sekarang. Misalnya, pelaku bisa membawa senjata tajam dan HP di dalam kompleks sekolahan. Padahal, aturannya tidak diperbolehkan. Sebab, semua fasilitas untuk siswa telah disediakan oleh pihak sekolah.
“Intinya, bagaimana mengembalikan tingkat kedisiplinan itu seperti dulu lagi,” tegas mantan anggota DPRD DIY ini.
Lebih dari itu, kata Esti, sistem penerimaan siswa baru di SMA Taruna Nusantara juga perlu dievaluasi. Sebab, sekolah yang dulunya murni dibiayai oleh Kementerian Pertahanan itu, kini juga menerapkan sistem penerimaan siswa baru melalui jalur mandiri yang notabene biayanya juga tidak murah.
“Jadi tidak semata-mata berdasarkan nilai akademik atau berapa uang yang akan disumbangkan oleh orang tua siswa, tetapi tes-tes yang diberikan perlu dievaluasi sehingga orang yang akan masuk di situ memang benar-benar siap menerima pendidikan semi militer. Karena, tidak semua anak siap untuk itu,” ucap Esti.
Meski SMA Taruna Nusantara berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan, namun Esti menganggap, dunia pendidikan menjadi tanggung-jawab semua pihak, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Apalagi, kurikulum pendidikan di SMA tersebut juga mengikuti kurikulum sekolah-sekolah pada umumnya.
Oleh karena itu, sebagai anggota dewan yang membidangi masalah pendidikan, Esti juga telah meminta Kemendikbud untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap sistem pendidikan di Indonesia.
“Sejauh ini, kita belum memiliki blue print pendidikan yang baik. Ke mana arah pendidikan berkarakter dan penerapan nilai-nilai pancasila, materinya juga belum disiapkan sepenuhnya,” sesal Esti.
Sementara Kapolda Jawa Tengah, Condro Kirono, saat menyampaikan rilis perkembangan hasil penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan terhadap pelajar SMA Taruna Nusantara menjelaskan, pelaku dijerat dengan sejumlah pasal, termasuk Undang-undang Perlindungan Anak, dengan ancaman penjara paling lama 15 tahun dan denda maksimal Rp 3 Milyar.
Sementara motif pelaku, kata Kapolda, karena sakit hati terhadap korban yang pernah mengingatkannya, setelah ketahuan mencuri buku tabungan dan mengambil uang milik temannya. Pelaku juga kesal karena HPnya disita oleh pihak sekolah, setelah dipinjam oleh korban.
“Peristiwa pembunuhan terjadi sekitar pukul 03.30 WIB (Jumat, 31/3/2027). Tidak ada perlawanan karena korban dalam posisi tidur,” ungkap Kapolda.
Sebelumnya, Jumat (31/3/2017) dini hari, siswa kelas x SMA Taruna Nusantara itu ditemukan tak bernyawa di tempat tidurnya, barak G17 kamar 2B Barak Siswa, dengan luka tusukan di bagian lehernya. (Rep-03/Ed-03)