Red devil dan masalah lingkungan

Ikan Red Devil (dok. binatang.mewarnaigambar.web.id)

Tidak ada yang gratis dari sebuah kecerobohan. Kalimat ini saya kira tepat untuk menggambarkan tentang masuknya ikan Red Devil, sebagaimana banyak peliharaan impor lain, yang kini menjadi masalah lingkungan baru. Sekarang jadi masalah di Danau Toba di Sumatera Utara, sebelumnya di Waduk Kedung Ombo, dan waduk-waduk lain, danau, dan rawa di Jawa.

Bacaan Lainnya

Ikan ini mengusir ikan-ikan lokal yang biasa dikonsumsi dan rasanya enak. Sementara ikan siklid ini, selain rasanya tidak enak, durinya banyak. Dulu, kita punya masalah dengan bekicot yang datang ke Indonesia, kabarnya nunut kapal tentara Jepang datang tahun 1942. Keong mas ada cerita yang lain. Ada temen NGO yang cerita, hama, ini asalnya dari Philipina, dibawa oleh oknum aktivis ketika ada acara NGO di sana. Orang Belanda juga membuat masalah ketika mendatangkan enceng gondok yang bunganya indah, dan kemudian jadi hama, menyebabkan pendangkalan di rawa dan danau.

Bagaimana mereka bisa tumbuh begitu cepat? Semua bisa terjadi, karena tanah kita ini tanah surga. Apa saja hewan serta tumbuhan bisa hidup dan tumbuh cepat. Selain yang baik-baik dan bermanfaat, yang jadi penyakit pun mudah tumbuh dan berkembang di sini. Jadi harus hati-hati mengelola replika surga ini. Ibarat film Gramlin, jika ceroboh, penyakit akan menyebar.

Tapi, kalau sudah telanjur begitu bagaimana? Yo piye meneh, kata orang Jawa. Mohon ampun saja sama Allah dan minta maaf saja kepada manusia yang jadi korban, Lalu, minta petunjuk Tuhan untuk pemecahan, dan gunakan pikiran sehat untuk memecahkan masalah. Resepnya itu saya kira.

Bagaimana dengan Red Devil itu? Ini sekedar catatan saya. Orang Kedung Ombo, memanen Red Devil, dibersihkan dan dibelah, untuk digoreng kering. Mungkin kalau orang Sumatra Utara tidak doyan ikan yang memang tidak enak ini. Tapi, tetap saja harus dipanen dari danau, rawa, dan waduk. Pilihannya bisa bisa dibuat kerupuk, atau digiling untuk campuran pakan ternak. Proteinnya tinggi, bisa jadi pengganti konsentrat.

Semua masalah mesti harus dipecahkan. Sama dengan dulu bekicot dan keong yang jadi hama dan dipecahkan dengan dengan dijadikan pakan bebek, Masalah-masalah baru yang disebabkan kecerobohan terhadap lingkungan, akan selalu muncul. Dan harus dipecahkan secara bijak. Jika salah bersikap, misalnya menggunakan bahan kimia pembasmi, ya akan menjadi masalah yang lebih besar.

Tulisan ini juga diunggah di laman facebook M Faried Cahyono

Pos terkait