Oleh : Okta Undang Suhara
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kemampuan sang kapten dalam mengorkestrasi tim pemenangan adalah salah satu indikator yang dilihat para investor dalam menaruh harapan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca Pemilu 2024.
Hal-hal yang menjadi preferensi para investor bukan saja aspek individu para kandidat, akan tetapi komposisi tim pemenangan dan bagaimana kapabilitas sang kapten menjadi salah satu komponen yang dihitung.
Pemanasan mesin tahun politik sudah masuk tahap akhir. Kandidat Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) sudah mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk secara resmi bertanding dalam Pilpres 2024.
Menarik untuk melihat bahwa pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meski paling awal dideklarasikan namun hingga artikel ini ditulis masih belum memiliki kapten yang akan memimpin tim kampanye nasional. Hal ini berlawanan dengan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang melakukan aksi cepat Blitzkrieg, layaknya serangan mendadak yang menancap di ulu hati lawan.
Semenjak diputuskan di Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa Gibran secara legal berhak untuk diusung sebagai Cawapres, dalam tempo kisaran hari secara aklamasi diterima oleh partai-partai koalisi, yang para ketumnya adalah rata-rata politisi senior dan gaek dalam medan tempur politik praktis. Pasangan Prabowo-Gibran melakukan deklarasi sekaligus mendaftar di KPU dan langsung menyetorkan nama Rosan Roslani, mantan Dubes RI di Amerika, eks Ketua Kadin, dan baru saja menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN selama tiga bulan.
Dari kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD, alurnya lebih rapi dan terjadwal. Sebelum Deklarasi Ganjar-Mahfud, Rumah Pemenangan di Jalan Cemara 19 yang legendaris karena pernah mengantarkan dua kali kemenangan Presiden Jokowi di 2014 & 2019 sudah bersolek sebagai media center, selain tentu saja markas utama saat ini, Gedung High-End yang sejak awal sudah dipakai untuk rapat rutin mingguan.
Tim-tim teknokratik, yang bukan hanya berasal dari unsur partai dan relawan sudah bersiap untuk bertempur. Arsjad Rasjid yang berlatar belakang petahana Ketua Kadin serta memiliki network sangat luas dalam dunia bisnis dan korporasi membuatnya bukan hanya sebagai kapten tim kampanye nasional Ganjar – Mahfud, namun juga menjadi jenderal yang tidak hanya mampu meramu strategi yang proven.
Mereka diharapkan mampu mengomandani anak buahnya yang rata-rata adalah para jenderal serta kalangan profesional berlatar belakang Doktor. Sebut saja barisan para jenderal itu eks Panglima TNI Andika Perkasa dan eks Wakapolri Gatot Eddy Pramono yang menyokongnya sebagai wakil ketua tim.
Ada juga eks jenderal bintang tiga semacam Luki Hermawan yang pernah memiliki pengalaman teritorial di Jawa Timur sebagai mantan Kapolda Jatim, wilayah yang banyak diramal oleh para analis politik sebagai battle ground paling menentukan dalam Pilpres 2024 mendatang.
Dengan pengalaman yang kaya di Jatim, Luki dipercaya sebagai Deputi Kinetik Teritorial bahu-membahu bersama eks Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto yang dipercaya menjadi Deputi Politik 5.0. Luki yang juga mantan wakil bos intel di Polisi dan mantan wakil bos intelijen sandi di badan siber akan berkolaborasi dengan Andi yang di Deputi Politik 5.0 bertugas memetakan simpul-simpul jaringan strategis dengan memanfaatkan analisis big data, mulai dari machine learning dan artificial intelligence.
Sementara kubu Prabowo-Gibran bisa jadi akan lebih cepat mendobrak, seperti panser Jerman. Bukan tanpa sebab. Karena secara infrastruktur, Prabowo memiliki kemampuan yang lebih dari cukup secara finansial. Secara network, saat ini ia masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa di belakang Gibran adalah Presiden, Joko Widodo. Hal ini nampak kasat mata karena dalam hitung-hitungan, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju yang notabene adalah pembantu presiden masuk ke dalam gerbong Prabowo-Gibran.
Terbaru, tentunya adalah Bahlil Lahadalia, bekas pentolan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang kini menjadi menteri urusan penanaman modal dan dipercaya Prabowo menjadi Wakil Rosan di tim pemenangan. Hal ini tentunya menjadi semakin menarik di mata investor karena dari langgamnya terlihat bahwa sejumlah sosok di kubu Prabowo nampaknya memiliki awareness yang cukup mumpuni dalam isu ekonomi dan investasi.
Sementara kubu Anis-Muhaimin nampaknya masih mencari sosok sang kapten. Santer dikabarkan bahwa sebetulnya beberapa elite Parpol di kubu Anies-Muhaimin menghendaki sosok Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa sebagai kapten pemenangan nasional Anies-Muhaimin.
Sebetulnya yang berminat meminang sang Ratu Jatim bukan hanya dari kubu Anies, akan tetapi dari semua pasangan calon yang mendaftar di KPU. Dari kubu Prabowo, unsur Demokrat malah secara terang mengajukan nama Khofifah sebagai Cawpres Pabowo. Pun ketika akhirnya Gibran yang dideklarasikan, Khofifah masih ingin dirayu masuk ke kubu Prabowo.
Dari kubu Ganjar, unsur PPP melalui Sandiaga Uno yang saat ini menjadi dewan pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Ganjar juga tidak kurangnya merayu. Salah satu pemilik group investasi aktif Saratoga ini membawa nostalgia Khofifah akan cinta pertama politiknya di PPP. Tentu dengan tawaran jabatan yang penting di bawah komando Arsjad Rasjid.
Sementara dari kubu Anies, bukan hanya jabatan penting, karpet merah dibentangkan untuk Khofifah sebagai Kapten. Namun sang Ratu Jatim sepertinya lebih memilih untuk sementara bertahta secara tenang di Singgasana Grahadi.
Kondisi zonder kapten dari kubu Anies ini tentunya menjadi banyak pertanyaan, khususnya dari para investor. Hal ini bukan tanpa sebab, waktunya terlalu lama untuk mencari semenjak dideklarasikan. Para investor tentunya selain menyimak paparan visi-misi dan rencana kerja para capres dalam kampanye besok, juga berhitung degan orang-orang yang berada dalam lingkar inti tim pemenangan.
Situasi deadlock di dalam memilih kapten juga menjadi alat ukur sejauh mana nanti manajemen logistik kubu Anies combat-proven di palagan Pilpres 2024. Hal ini dikarenakan manajemen logistik yang terukur akan membawa kemenangan lebih dekat dari yang diproyeksikan.
Amerika Serikat menjadi negara dengan kapabilitas militer yang paling diperhitungan dan sukses dalam kampanye tempur di sejumlah palagan bukan karena kemampuan prajuritnya yang sekualitas Rambo, akan tetapi Amerika mampu menang di sejumlah Palagan seperti Kuwait, Irak, dan Afghanistan karena kemampuanya memindahkan sejumlah logistik berskala raksasa ke palagan-palagan tersebut dalam hitungan jam. Hal yang hingga saat ini masih sulit untuk dikejar oleh mitranya dari negara-negara anggota NATO sekalipun.
Investor tentu menunggu-nunggu siapa sosok yang akan menjadi Kapten di kubu Anies. Tentunya, profil sang kapten jika dilihat dari perspektif investor adalah dia yang memiliki rekam jejak manajerial yang mumpuni, diterima secara luas serta tentu akan lebih menarik lagi jika memiliki awareness dalam isu ekonomi dan investasi.
Kemampuan sang kapten dalam mengorkestrasi tim pemenangan yang jika dibreakdown adalah manajemen logistik yang handal dan mampu menggeser basis teritorial lawan adalah salah satu alat ukur yang dilihat oleh para investor, bukan hanya investor dalam negeri namun juga para investor global yang menaruh kepercayaan dan harapan akan pertumbuhan ekonomi Indonesi pasca 2024.
Oleh karena itu hal-hal yang menjadi preferensi para investor bukan saja hanya melihat aspek individu dari para kandidat capres-cawapres, akan tetapi komposisi tim pemenangan dan bagaimana sang kapten mengemas strategi untuk memenangkan patron capresnya menjadi salah satu komponen yang dihitung oleh para investor.
Kita tunggu saja dalam beberapa hari ini, apakah sang kapten kubu Anies – Muhaimin akan memiliki efek kejut yang diharapkan mampu mendongkrak survei yang akan datang bagi Anies?. (Ed-01)
Okta Undang Suhara
Pelaku Pasar di Bursa Efek Indonesia