Barista Tongkah Kopi sedang menyiapkan secangkir kopi untuk pengunjung. (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Meneguk secangkir kopi sembari membaca buku, atau memandang hamparan sawah yang membentang luas di sore hari jelang senja, akan menjadi hal yang menyenangkan. Apalagi kalau ngopinya bareng-bareng.
Eits itu saja belum cukup, karena yang terpenting dari secangkir kopi adalah kenikmatan citarasanya. Dan bagi para pecinta kopi sejati, itu yang “dikejar”.
Nah, di Jalan Bardosono, tepatnya di Dusun Nglengking, Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, DIY, ada satu kafe ala “Ndeso” yang dinamai Tongkah Kopi. Kenapa “Ndeso”? Karena kafe sederhana ini memang berada di tengah pedesaan, dengan tempat yang tak terlalu luas, namun menawarkan kehangatan suasana.
Tongkah Kopi ini didirikan oleh empat pemuda, Barkah Ramadhan, M. Iwan Saputra, Edo Bima Risnaldi, dan Abdul Aziz, pada sekitar pertengahan tahun 2017 lalu.
Salah satu owner Tongkah Kopi, Barkah Ramadhan menjelaskan, filosofi di balik pemilihan kata “Tongkah” untuk kafe mereka. Tongkah dalam kamus bahasa, adalah papan untuk tumpuan atau titian yang biasanya dipasang di tempat becek atau basah.
Ini menurutnya, sejalan dengan tujuan kehadiran Tongkah Kopi yang harapannya bisa menjadi tempat yang tak sekedar menjual kopi, tapi juga sebagai “pijakan” di tengah perubahan jaman seperti sekarang.
Dan memang, di kafe tepi sawah ini, pengunjung bisa menemukan tumpukan buku tertata rapi di tiap-tiap meja, yang sebagian disetting lesehan.
“Kami sengaja ingin mendekatkan buku kepada para pengunjung, karena selama ini kita tahu minat baca masyarakat sangat rendah. Dengan dipajangnya buku-buku ini, setidaknya mereka bisa menyentuh atau membacanya sembari menunggu pesanannya datang. Atau kalau pas datang sendiri, bisa jadi temannya sembari menikmati kopi di sini,” jelas Barkah kepada kabarkota.com.
Di Tongkah Kopi, kesempurnaan citarasa kopi menjadi andalannya. Meski kafenya ala “Ndeso” tapi kopi yang ditawarkan tak kalah dengan kopi kelas premium yang dijual di kafe-kafe mahal yang ada di kota.
Mulai dari kualitas biji kopinya hingga proses penyajiannya menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh si barista, sebab itu akan berpengaruh pada rasa dari secangkir kopi yang disajikan. Memang butuh sedikit kesabaran menunggunya, tapi itu akan terbayar saat tahu bahwa rasa kopinya benar-benar enak.
“Rasa kopi seperti apa sih? Selama ini yang banyak orang tahu kan ya seperti itu, ada pahit-pahitnya. Tapi, di sini kami membuat pandangan tentang kopi bergeser,” imbuhnya.
Dengan mendatangkan biji kopi dari berbagai daerah, dan sejumlah alat, seperti glinder, dan Vietnam drip, Tongkah Kopi bisa “menyulap” kopi arabika yang identik dengan warna pekat dan rasa agak pahit, menjadi beraneka rasa, yang ditawarkan sebagai kopi single origin dan kopi susu.
Dengan perpaduan komposisi kopi, proses penggilingan, dan penyaringan, serta suhu air yang tepat, kopi yang diseduh tanpa gula pun, keluar rasa manisnya, ditambah aroma segar buah-buahan, ataupun wangi bunga sehingga rasa pahit kopi bisa tersamarkan dengan sempurna.
Untuk bisa menikmati secangkir kopi ini, pengunjung cukup merogoh kocek Rp. 8 ribu – Rp.13 ribu, harga yang relatif terjangkau, khususnya untuk kalangan anak-anak muda.
Setiap harinya, kafe ini buka mulai pukul 17.00 – 23.00 WIB. Selain kopi, Tongkah Kopi juga menawarkan camilan pendamping, seperti jamur goreng krispi, dan kentang goreng. Dengan kapasitas 30 – 40 orang, pengunjung bisa datang rame untuk “nyore” atau menikmati malam di tengah pedesaan yang asri. (Rep-1)