Cao kelor kreasi Siti Fatimah, pengurus KWT asal Pakem Sleman (sutriyati/kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Cuaca panas rasanya menjadi momen pas untuk menikmati es cincau yang menyegarkan. Tak hanya rasanya yang manis, tampilannya yang hijau bercampur putih santan dan beningnya es batu, juga terlihat cukup menyegarkan mata dan menggugah selera untuk meneguknya.
Di Yogyakarta, tak sulit menemukan penjual es cincau. Selain di kedai-kedai atau lapak-lapak minuman, penjual es cincau keliling juga cukup banyak. Namun, itu hanya es cincau original, yang tanpa campuran bahan lain.
Berbeda halnya dengan es cincau buatan seorang pengurus Kelompok Wanita Tani (KWT) se-kecamatan Turi-Pakem, Sleman, Siti Fatimah ini. Sejak Oktober 2017 lalu, perempuan 44 tahun ini mengkreasikan daun cincau dengan daun kelor dan pegagan menjadi sebuah minuman yang ia namai “cao daun kelor”.
Sekilas tampilannya tak jauh beda dengan es cincau hijau pada umumnya. Dari sisi rasa juga tak jauh beda. Hanya saja, manfaat cao daun kelor untuk kesehatan jauh lebih besar dibandingkan cincau yang original.
“Ada salah satu pelanggan kami yang mengidap stroke dan diabetes militus, setelah mengkonsumsi cao kelor beberapa kali tanpa gula dan santannya, sekarang kondisinya sudah lebih baik,” kata Siti saat ditemui di satu stand pameran Sleman, baru-baru ini.
Menurutnya, itu karena perpaduan tiga daun tersebut dipercaya mampu mengobati sejumlah penyakit secara alami. Daun pegagan misalnya, senyawa dari tanaman asli Asia ini cukup efektif untuk membantu mengeringkan luka pada penderita penyakit gula.
Untuk kemasan satu cup besar cao kelor, ia bandrol dengan harga Rp 10 ribu. Sedangkan untuk cup eceran yang lebih kecil, dihargai Rp 5 ribu. Dari usaha tersebut, perempuan asal Dusun Wonokerso, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman ini mampu meraup omzet antara Rp 1 juta – Rp 2 juta per hari, yang ia jajakan di sejumlah obyek wisata di Kaliurang.
Siti mengaku, ide membuat cao daun kelor ini bermula ketika ada perlombaan dari Dinas Pertanian setempat, untuk mengangkat potensi kelor dalam berbagai menu. Terlebih, proses pembuatan cao dan untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit di wilayah Pakem dan Turi.
Dengan pemasaran melalui online maupun konvensional, cao kekinian buatan Siti ini telah dinikmati konsumen dari dalam maupun luar Sleman, seperti Jakarta dan Tangerang. Oleh karenanya, ke depan Siti berupaya untuk mengembangkan usahanya ini, ?engan membuat kemasan yang lebih menarik dan awet sehingga jangkauan pasarnya bisa lebih luas lagi. (sutriyati)