Diseminasi Peluncuran Buku: Desa, Situs Baru Demokrasi Lokal, di Joglo Winasis IRE, Senin (27/2/2017). (sutriyati/kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Desa-desa saat ini tengah menghadapi tantangan berat dengan masuknya para investor atau kekuatan ekonomi yang masuk ke wilayahnya, melalui eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) setempat, seperti air dan tambang pasir, serta desa-desa wisata.
Peneliti Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, Dina Mariana mencontohkan, beratnya perjuangan yang dilakukan Kepala Desa (Kades) Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY untuk menghentikan aksi penambangan pasir dengan peralatan berat, serta melindungi sumber daya air di dua sumber mata air yang menjadi incaran para investor.
“Desa tidak tahu kewenangan yang ada di sana,” kata Dina dalam Diseminasi Peluncuran Buku: Desa, Situs Baru Demokrasi Lokal, di Joglo Winasis IRE, Senin (27/2/2017).
Kades Umbulharjo, Suyatmi membenarkan jika pihaknya cukup kesulitan saat berhadapan dengan para investor tersebut. Sebab, selain masih minim pengalaman, wilayahnya juga termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang seharusnya dilindungi.
Bahkan Suyatmi mengaku terpaksa mengambil kunci-kunci backhoe atau alat berat yang digunakan untuk menambang pasir di sungai Opak.
“Setelah tindakan itu (mengambil kunci-kunci Backhoe) saya lalu dijuluki Kades Backhoe,” ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga berusaha keras untuk melindungi dua sumber mata air, yakni umbul wadon yang biasa digunakan untuk air konsumsi, sedangka. umbul lanang yang selama ini dimanfaatkan warga untuk irigasi.
Sementara, Staf Pengajar Departemen Ilmu Politik Fisip Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Sri Budi Eko Wardani berpendapat bahwa dalam kasus tersebut, seorang Kades tak perlu bergerak sendiri. Namun, bagaimana mendorong agar warga yang melakukan gerakan untuk menghentikan aksi liar para penambang pasir di wilayah Umbulharjo. (Rep-03/Ed-03)