Sarasehan dan Doa Bersama IKPNI Korwil DIY Peringati Hari Pahlawan 2021, di Kediaman GBPH Prabukusumo, Selasa (9/11/2021) malam (dok. kabarkota.com).
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dalam memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, Ikatan keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) Koordinator Wilayah (Korwil) DIY menitipkan pesan kejuangan, khususnya untuk para generasi muda.
Ketua IKPNI Korwil DIY, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo menyampaikan bahwa anak-anak ataupun generasi muda sekarang perlu mendapatkan pendidikan sejak dini tentang kepemimpinan yang utuh, baik secara akademik maupun non akademik,
Adik Sultan Hamengku Buwono X ini menerangkan, pendidikan kepemimpinan yang dimaksud meliputi lima hal. Pertama, pintar secara akademik yang ditanamkan sejak dini.
“Tidak ada pemimpin yang tidak pintar,” kata Gusti Prabu, di sela-sela Sarasehan dan Doa bersama memperingati Hari Pahlawan 10 November 2021, di kediamannya, Selasa (9/11/2021) malam.
Kedua, cerdas atau mempunyai ide-ide kreatif dan inovatif. Hal tersebut bisa ditanamkan kepada anak-anak, melalui hal sederhana. Misalnya, memberikan pilihan menu sarapan untuk mereka sehingga pikiran kreatif mereka terasah.
Ketiga, sebut Gusti Prabu, orang tua perlu melatih kemampuan anak-anak untuk berbicara secara runtut. Keempat, santun dalam berbicara, bersikap, dan berbusana sehingga dapat menghormati dan dihormati oleh orang lain.
Sedangkan yang kelima, anak-anak seharusnya dilatih untuk taat beribadah, dan bisa menjaga toleransi antar-umat beragama, dengan tidak menjelek-jelekkan agama lain maupun penganutnya.
“Kita harus bisa memahami, mengerti, menghormati, dan menghargai perbedaan antara suku, ras, dan agama, serta adat-istiadat tradisionalnya,” tegasnya. Sebab, keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang sepatutnya disyukuri.
Menurutnya, pendidikan kepemimpinan itu menjadi tanggung-jawab semua pihak. Termasuk para orang tua, guru, dosen, dan pimpinan institusi.
“Ulama juga harus mengajarkan kepada umatnya,” sambung Gusti Prabu.
Dengan begitu, Gusti Prabu berharap tumbuh kesadaran bersama dan menjadikan negara ini adil, makmur, dan gemah ripah loh jinawi. Termasuk, tidak adanya praktik-praktik korupsi.
“Jadi jangan sampai warga negara, khususnya para pejabat tinggi negara baik eksekutif maupun legislatif atau pun di BUMN atau apa saja yang menjadi milik negara, jangan melakukan hal-hal yang tidak terpuji (korupsi),” ucapnya.
Semua pihak, kata Gusti Prabu, semestinya memiliki pikiran dan hati mulia sebagaimana yang dimiliki oleh para pahlawan Nasional dalam memperjuangkan kemerdekaan RI, dengan hal-hal yang luar biasa, meskipun tanpa digaji.
Penasehat IKPNI: Nilai-nilai Kejuangan tak Mengenal Zaman
Sementara penasehat IKPNI Korwil DIY, Gunawan Budiyanto menuturkan, melalui pertemuan keluarga para pahlawan Nasional ini, pihaknya ingin mengukuhkan satu tekad untuk memaksimalkan pengenalan nilai-nilai kejuangan, khususnya kepada keluarga masing-masing.
“Nilai-nilai kejuangan itu tidak mengenal zaman. Hanya kemasannya saja yang berbeda,” anggap Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Pihaknya juga menekankan bahwa budaya menulis tentang ketokohan Nasional penting untuk ditanamkan. Terlebih, bangsa Belanda yang sebelumnya menjajah Indonesia, kini justru sangat detail dalam mengungkap peristiwa-peristiwa ketokohan pahlawan Indonesia, seperti RA Kartini, Ki Mangun Sarkoro, dan Ki Hajar Dewantara.
“Itu harus kita tiru. Jadi, budaya untuk menulis dan memasukkannya ke dalam sebuah media digital yang sesuai dengan zamannya harus kita mulai. kalau tidak, maka akan hilang (sejarahnya),” tegasnya.
3 Karakter Kejuangan Pahlawan Nasional, Landasan Moral Anak Bangsa
Dalam kegiatan yang bertema “Meneguhkan Jiwa Kejuangan Para Pahlawan Nasional, Berkontribusi Membangun Negeri” ini, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat selaku Keynote speech juga menyampaikan bahwa makna dari kejuangan para pahlawan pada peristiwa 10 November 1945 itu adalah peristiwa heroik yang turut meletakkan dasar-dasar berbangsa dan bernegara bagi Indonesia.
“Dari sisi nilainya, ini masih sangat relevan untuk landasan kejuangan generasi muda saat ini,” tuturnya.
Sarasehan yang berlangsung hangat dan dinamis ini selanjutnya diisi dengan diskusi yang menampilkan pembicara unsur keluarga Pahlawan Nasional masing-masing GBPH Yudhaningrat (Sultan HB IX), Gunawan Budiyanto (Ki Bagus Hadikusumo), Indah (Ki Suryo Pranoto), Teguh (Jend. Sudirman), Ganis Sugiyono (Kol. Soegiono), Rahadi S Abra (Pangeran Diponegoro), Ani Yudhastawa (Ki Mangunsarkoro), Widyawati (Ki Hajar Dewantara), Siti Hadiroh (KHA Dahlan), Tofani Pane (Lafran Pane), Ubaidurrahman (KH Kahar Muzakkir), Hary Sutrasno (Kasman Singodimedjo), Hendro (Nyi Ageng Serang), dan Haryo Katamso (Brigjend Katamso).
Pada akhir sarasehan, para peserta sepakat bahwa setidaknya ada tiga karakter kejuangan Pahlawan Nasional yang semestinya menjadi landasan moral kejuangan seluruh anak bangsa. Tiga karakter yang dimaksud, yakni:
1) memulai perjuangan itu harus sudah selesai dengan dirinya sendiri; 2) Adanya golongan atau agama yang beraneka harus dimaknai sebagai kekayaan kebhinekaan bangsa, dan menjadi basis moral kejuangan seluruh anak bangsa; 3) semangat pemimpin yang mendahulukan kepentingan bangsa negara daripada kepentingan golongan atau agama serta memberikan keteladanan bagi generasi muda sangat diperlukan dalam kondisi bangsa saat ini. (Rep-01)