Jelang Pemilu 2019, Begini Nasib Perekonomian di DIY

Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY mengklaim, memasuki Triwulan III 2018, perekonomian DIY terus melanjutkan pertumbuhan positif.

Bacaan Lainnya

Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto mengungkapkan, pada periode tersebut, ekonomi DIY tumbuh 6,03% (yoy), atau lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih di angka 5,90% (yoy). Begitu pun, dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang angka pertumbuhannya baru 5,42% (yoy).

Menurut Budi, capaian Triwulan III 2018 ini merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir, serta lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pertumbuhan Nasional 5,17% (yoy) dan Jawa 5,74% (yoy).

“Tren peningkatan pertumbuhan ekonomi DIY yang terus berlanjut tidak terlepas dari akselerasi pembangunan infrastruktur melalui sisi investasi yang tumbuh meningkat. Selain itu kinerja perdagangan luar negeri DIY tumbuh meningkat dengan kinerja pertumbuhan ekspor yang tumbuh lebih tinggi,” kata Budi melalui siaran pers, Selasa (6/11/2018)

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat, lanjutnya, juga tercermin dari indikator permintaan lainnya. Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 8,43% (yoy), yang disebabkan oleh tingginya realisasi belanja modal APBD dan APBN, utamanya untuk konstruksi proyek yang sedang berjalan. Kinerja ekspor mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy), seiring dengan masih tingginya permintaan dari negara mitra dagang di tengah momentum perbaikan ekonomi global.

Di sisi lain, pertumbuhan impor tumbuh lebih rendah sebesar 3,01% (yoy) yang didominasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam aktivitas produksi.

Sementara dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertanian. Sektor konstruksi tumbuh melesat sebesar 14,87% (yoy), yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi DIY. Selain itu sektor pertambangan dan penggalian melanjutkan pertumbuhan sebesar 11,0% (yoy), yang dipengaruhi oleh kebutuhan pasir dan galian lainnya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas konstruksi.

Namun, sektor pertanian mengalami kontraksi -0,18% (yoy), karena dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengalami musim kemarau lebih panjang. “Pergeseran musim menyebabkan pola tanam yang berubah, sehingga produksi pertanian seperti padi dan cabai di Triwulan III 2018 tidak sebesar tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Lebih lanjut Budi menambahkan, pertumbuhan ekonomi DIY ditopang oleh inflasi yang rendah dan stabil. Mengingat, pada Oktober 2018 DIY mencatatkan inflasi bulanan yang relatif rendah sebesar 0,13% (mtm). Dengan inflasi tersebut, akumulasi inflasi sepanjang 2018 di DIY tercatat sebesar 1,61% (ytd) dan laju inflasi tahunan sebesar 2,74% (yoy).

Pada Triwulan IV 2018 risiko tekana inflasi diperkirakan akan meningkat. Kondisi ini sejalan dengan siklus akhir tahun dimana tingginya masyarakat terhadap bahan makanan, seperti beras, telur ayam ras dan daging ayam ras, serta makanan jadi, seperti gudeg, soto dan sate.

“Tarif transportasi baik darat maupun udara juga diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan tingginya kunjungan wisatawan saat libur natal dan tahun baru,” anggap Budi.

Inflasi pada 2018 diperkirakan akan berada pada rentang kendali sasaran inflasi 3,5±1% (yoy). Terkendalinya inflasi pada periode 2018 tidak terlepas dari sinergi dan upaya pengendalian inflasi TPID DIY dalam mencapai roadmap pengendalian inflasi DIY 2018, terutama yang mencakup program pokok 4 K yaitu kecukupan produksi, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif.

Pertumbuhan ekonomi DIY yang terus meningkat diiringi dengan semakin terjaganya stabilitas sistem keuangan daerah. Mengingat, dari sisi perbankan, penyaluran kredit terus melanjutkan pertumbuhan dengan kualitas yang semakin terjaga.

Pada Triwulan III 2018 kredit perbankan tumbuh 11,85% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 10,26% (yoy). Sementara itu kredit macet (Non Performing Loans/NPL) masih cukup rendah sebesar 2,46%, turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,59%. Sementara itu ditengah peningkatan suku bunga acuan, rata-rata suku bunga kredit perbankan sepanjang 2018 masih stabil sehingga menjadi sentimen positif terhadap pertumbuhan kredit. (Ed-03)

Pos terkait