Menilik Perjuangan Solidaritas Rakyat untuk Pembebasan Palestina di Yogya

Aktifitas SRuPP di kantin USD Yogyakarta, Jumat (26/8/2016). (Sutriyati/kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Penindasan yang dialami rakyat Palestina atas penjajahan Israel hingga kini mengundang keprihatinan sekaligus solidaritas masyarakat dunia. Berbagai aksi dan reaksi seringkali dilakukan untuk turut menyuarakan kemerdekaan bangsa Palestina. Salah satunya, seperti yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Yogyakarta. 

Bacaan Lainnya

Jumat (26/8/2016) siang, sekelompok anak muda yang menamakan diri Solidaritas Rakyat untuk Pembebasan Palestina (SRuPP) menjajakan beberapa buku bertema Palestina, bendera-bendera Palestina, serta atribut lain, seperti pin dan sejenisnya di sekitar kantin Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. 

Tak hanya itu, sebagian dari mereka juga melantunkan musik dan lagu khas para pejuag pembebasan rakyat tertindas yang seringkali disuarakan para mahasiswa saat menggelar aksi demonstrasi.

Nadia Aghnia Fadhillah, salah satu penggerak SRuPP mengatakan, aksi ini ketiga kalinya, setelah hari sebelumnya digelar juga di Fisipol dan Fakultas Hukum UGM.

“Basic kami adalah memperjuangkan Palestina berdasarkan solidaritas atas sesama rakyat tertindas. Jadi kami melihat Palestina itu rakyatnya ditindas oleh penguasa dan itu adalah Israel sebagai penjajah, dan kami mendukung mereka (Palestina) bahwa hak setiap orang itu untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri,” jelas Nadia saat ditemui kabarkota.com.

Menurutnya, meskipun selama ini sudah banyak gerakan-gerakan yang memperjuangkan pembebasan Palestina, namun kebanyakan masih berbasis dari agama tertentu. Sementara, belum banyak kelompok-kelompok ang memperjuangkan dari sisi politik dan ideologi.

Karenanya, lanjut Nadia, pihaknya memilih jalur perjuangan melalui kampanye-kampanye lewat diskusi dan pemutaran film, propaganda online, aksi demonstrasi, produksi merchandise propaganda, dan boikot sebagai bagian dari gerakan Boycott, Divestment, Sanction (BDS) Internasional terhadap Israel.

“Orang-orang yang selama ini mendukung Palestina, ketika diminta untuk menjelaskan Palestina itu seperti apa, perbedaan Gaza dan Tepi Barat itu seperti apa, sebagian besar masih belum bisa,” anggapnya.

Untuk itu, melalui gerakan seperti ini, kata Nadia, SRuPP ingin memberikan pencerdasan kepada masyarakat tentang seperti apa dan bagaimana sebenarnya kondisi rakyat Palestina.

Ditambahkan Nadia, selain mendatangi kampus-kampus, pada 30 Agustus 2016 mendatang, pihaknya bersama Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM akan memutar film five broken Cameras yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan sehari-hari rakyat Palestina.

Bagi masyarakat, imbuhnya, juga bisa meminjam ataupun memesan koleksi buku-buku tentang Palestina yang selama ini belum banyak beredar di Indonesia. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait