Pasca kematian Siyono oleh Densus 88, Anak Bungsu Mengigau: Abah Tembak, Abah Tembak

Istri Siyono, Suratmi membawa tiga dari lima anaknya saat melapor ke PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (29/3/2016). (sutriyati/kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kematian warga Klaten, Jawa Tengah, Siyono di tangan personel Densus 88 Antiteror pada 11 Maret 2016 lalu, menyisakan duka mendalam bagi keluarga, terutama anak-anak almarhum.

Bacaan Lainnya

Bahkan, istri almarhum Siyono, Suratmi mengungkapkan, dua hari pasca kematian suami, anak bungsunya yang masih balita sempat mengigau yang membuat miris hatinya.

“Anak saya mengigau, abah tembak, abah tembak,” ungkapnya di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (29/3/2016).

Menurutnya, hal itu semakin menguatkan dugaannya bahwa sang suami meninggal secara tidak wajar.

Terlebih, Perempuan lima anak itu juga mengaku menerima dua gepok uang dari orang yang mengaku bernama Ayu dan Lastri saat berada di Jakarta, menjenguk jenazah suaminya.

“Uangnya kok banyak sekali,” ungkap Suratmi.

Uang itu, lanjutnya, diberikan dengan dalih atas nama pribadi sebagai bentuk solidaritas untuk membantu proses pemakaman Siyono. Namun, setibanya di Klaten, oleh orang yang berbeda, Suratmi diminta untuk menandatangani surat yang intinya akan mengikhlaskan kematian suaminya, tidak akan menuntut ke ranah hukum, ataupun melakukan otopsi.

“Ada apa ini? Kenapa harus cepat menandatangani surat itu?” Imbuhnya.

Sebelumnya, pada 8 Maret 2016 lalu, Siyono ditangkap oleh Densus 88 Antiteror di kediamannya dalam keadaan hidup. Namun, pada 12 Maret 2016, keluarga mendapatkan kabar bahwa Siyono telah meninggal dunia karena terlibat baku hantam dengan anggota Densus 88 saat di perjalaan menuju Jakarta. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait