Dokter spesialis mata sub spesialis retina RS Mata dr Yap Yogyakarta, Muhammad Bayu Sasongko (kiri) memprakrekkan penggunaam kertaa putih untuk menyaksikan gerhana matahari, di RS Mata dr Yap Yogyakarta, Senin. (7/3/2016). (sutriyati/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Gerhana Matahati Total (GMT) yang diprediksi akan terjadi paa 9 Maret mendatang menjadi fenomena langka yang sayang untuk dilewatkan. Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata pun gencar mempromosikan kejadian alam yang dapat disaksikan langsung di Indonesia tersebut sebagai bagian dari daya tarik wisata, dalam dan luar negeri.
Namun, di balik gegap gempita menyambut datangnya gerhana matahari total yang hanya bisa dinikmati setelah 375 tahun itu, ada sebagian masyarakat yang justru khawatir dengan dampak buruk gerhana matahari bagi kesehatan mata. Mengingat, pancaran radiasi dari sinar ultraviolet dapat merusakkan mata hingga menimbulkan kebutaan.
Dokter spesialis mata sub spesialis retina RS Mata dr Yap Yogyakarta, Muhammad Bayu Sasongko menjelaskan bahwa retina yang menerima paparan radiasi itu akan terstimulasi secara berlebihan dan terjadi reaksi fotokimia yang dapat merusak retina.
“Kerusakan bisa terjadi terutama pada makula, bagian dari retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral. Hal itu dapat terjadi tanpa rasa sakit san gejalanya baru muncul beberapa jam setelah kerusakan terjadi, berupa munculnya titik atau bulatan hitam pada pandangan atau pun kaburnya penglihatan ari derajat ringan hingga berat,” ungkap Bayu kepada wartawan, Senin (7/3/2016).
Meski begitu, kata Bayu, ada cara paling aman untuk bisa melihat gerhana matahari sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Academy of Ophthalmology maupun Australian Society of Opththalmologist, yakni dengan tidak melihatnya secara langsung.
Cara lainnya yang terhitunng sederhana adalah dengan menggunakan kamera pinhole sederhana yang terbuat dari dua kertas putih, yang salah satunya dilubangi bagian tengahnya, sekitar 3 mm.
“Untuk melihat gerhana, berdirilah membelakangi matahari dan letakkan kertas yang berlubang di depan Anda dan kertas lain di belakangnya. Cahaya matahari akan terproyeksi di kertas kedua dan proses gerhana apat diamati melalui kertas tersebut,” ujarnya.
Selain itu, fenomena alam itu juga dapat disaksikan dengan menggunakan teleskop atau kamera yang dilengkapi dengan filter matahari khusus mengandung alumunium chrom. Namun, menurutnya itu tak menjamin keamanan mata dari paparan radiasi cahaya.
“Kacamata Welder No 14 yang didesain khusus dengan filter pelindung mata. Kaca mata ini biasanya digunakan oleh tukang las,” sebut Bayu. (Rep-03/Ed-03)