JAKARTA (kabarkota.com) – Gunung Sangeangapi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat meletus Jumat (30/5) pukul 15.55 Wita. Tinggi letusan 3.000 meter ke arah barat. Abu vulkanik sebagian besar jatuh ke laut. Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) terhitung hari ini, pukul 16.00 Wita.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam rilisnya menjelaskan, di pulau Sangeangapi tidak ada permukiman permanen. Penduduk Sangeang daratan memiliki kebun di pulau tersebut sehingga saat terjadi letusan, penduduk yang sedang berada di kebun dievakuasi menggunakan kapal, dibantu oleh BPBD Bima bersama SAR, TNI, dan Polri dari Pulau Sangeang. Saat ini, kata Sutopo, penduduk telah dievakuasi ke Sangeang darat.
"Bupati Bima dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima sudah berada di Desa Sangeang, Kec Wera, Kab Bima yang berjarak 6 km dari gunungapi. Lembaga ini mengirimkan logistik dan peralatan ke daerah tersebut," kata Sutopo.
Sementara Kepala BNPB, Syamsul Maarif, lanjut dia, telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB segera ke lokasi untuk memberikan pendampingan kepada BPBD Bima.
Pulau Sangeangapi adalah pulau vulkanik yang penduduknya telah dikosongkan melalui transmigrasi lokal ke Kec Wera (Sangeang darat) sejak tahun 1985. Transmigrasi dilakukan setelah letusan tahun 1953 dan tahun 1985 sebanyak 263 KK. Lahan yang ditinggalkan saat ini telah berkembang menjadi ladang dan rumah sementara (salaya) yang umumnya ditempati saat musim tanam (Agustus-November) dan musim panen (Maret-Mei).
Ladang dan salaya ini berada di kawasan rawan bencana (KRB III). Terkait letusan Gunung Sangeangapi tersebut, masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di Pulau Sangeangapi. Gunung Sangeangapi adalah salah satu gunung yang cukup sering meletus seperti pada tahun 1911, 1953, 1964-1967, 1985-1987, dan 1997-1999. (bay)