HTI Tak akan Pilih Calon Pemimpin yang tak Penuhi Kriteria
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Ketua Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia (DPP HTI), Muhammad Rahmat Kurnia secara tegas menyatakan tidak akan memilih calon presiden maupun wakil presiden yang tidak memenuhi kriteria mereka. Penegasan tersebut disampaikan Rahmat kepada kabarkota.com usai menggelar Konferensi Islam dan Peradaban Indonesia (KIP) di Jalan Megelang Yogyakarta, Selasa (27/5) siang.
"Hak setiap orang untuk tidak memilih", tegas dia saat ditanya pilihan antara dua pasangan capres yang ada saat ini.
Menurutnya, ada dua kriteria yang layak untuk menjadi pemimpin ideal. Ia menyebutkan, dari segi orang adalah dia yang memperjuangkan Islam, sedangkan dari segi sistem, tidak condong pada demokrasi yang ujungnya mengarah pada ekonomi liberal.
Oleh karenanya HTI menganggap dua pasangan capres yang ada saat ini tidak satu pun yang "match" dengan kriteria tersebut. "Jangan salahkan yang tidak memilih, tapi kami mempertanyakan mengapa sistem itu (demokrasi-red) yang diterapkan?", tandas Rahmat.
Sementara Dwi Condro Triono selaku anggota DPP HTI mengaku secara informal, HTI memang sempat didatangi oleh kedua pasangan calon. "Namun kalau secara formal kepada DPP HTI kelihatannya belum ada sampai sekarang", ucapnya sembari tersenyum.
Meski begitu, Dwi menyatakan pihaknya menghormati pilihan partai politik yang berbasis massa Islam, termasuk PKS yang telah merapat ke salah satu pasangan capres.
Hanya saja pihaknya berpendapat, semestinya parpol tersebut berangkat dari proses penyiapan konsep yang jelas, dan memiliki pedoman yang sama.
Suara dari Yogyakarta juga kompak dengan apa yang menjadi sikap DPP HTI. Humas HTI DIY, Yusuf Mustakim mengatakan, umat akan melihat siapa yang membela mereka, yang benar-benar bersih dan mampu mensejahterakan. Namun, pada kenyataannya, kata Yusuf, "mereka menggunakan muslimin hanya ketika Pemilu saja".
Aeni Qoriah selaku Ketua Muslimah HTI DPD HTI DIY juga cenderung lebih memilih opsi golput secara ideologis, pada Pilpres 9 Juli mendatang. Pasalnya, dari tujuh kriteria yang diinginkan Muslimat HTI tidak ada satu pun dari pasangan capres yang bisa memenuhi secara keseluruhan.
"Golput ideologis itu artinya tidak memilih karena paham betul terhadap calon-calon yang ada", kata Aeni. (jid/tri)