Ilmiah Tak Cukup Tanpa Kejujuran

Koordinator
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendheng, Gun Retno (Mustaqim/kabarkota.com)


YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Koordinator
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendheng, Gun Retno mengatakan
para akademisi yang terlibat dalam membuat analisis mengenai dampak
lingkungan (Amdal) untuk keperluan industri, termasuk pertambangan
tak cukup hanya berdasarkan ilmiah. Menurutnya, hasil ilmiah yang
dihasilkan harus disertai dengan kejujuran.

Bacaan Lainnya

Gun Retno
mencontohkan pada rencana proyek pendirian pabrik semen PT Semen
Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. Menurut dia, jika tidak ada
kejujuran akan berdampak pada hal yang tidak baik. "Ini
menyangkut nasib hidupnya masyarakat di Rembang," katanya dalam
sebuah diskusi di Jogja Nasional Museum, Sabtu (25/10).

Atas
dasar itu, Gun Retno mengajak masyarakat untuk berani menolak
pendirian pabrik semen di Rembang. Alasan dia mengajak menolak
pendirian pabrik semen itu juga berasal dari hal yang ia anggap
sederhana. Warga yang tanahnya akan dijadikan lokasi pendirian pabrik
semen diajak negosiasi harga tanah yang permeternya dihargai Rp.
21.000.

"Duit semono, aku kerjo sedino berarti aku iso
tuku lemah
(Uang sebesar itu, aku kerja sehari berarti sudah bisa
membeli tanah)," kata Gun menirukan salah seorang warga yang ia
temui waktu itu.

Menurut dia, hal itu janggal lantaran Amdal
belum keluar akan tetapi sudah ada proses pembahasan harga tanah.
Untuk melakukan penolakan, kata dia, memang tidak mudah dilakukan dan
perlu keberanian.

"Keberanian harus dicari. Wani lan ora
iki ono hubungane jujur karo ora
(Berani dan tidak itu terdapat
hubungan antara jujur atau tidak)," ujarnya.

Peneliti
Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno mengatakan, akademisi yang
terlibat membuat amdal yang pro dengan pendirian pabrik semen bisa
dipetakan dan dilihat di mana posisi akademisi itu. Dari hal itu,
menurutnya, akan dapat terlihat karakteristiknya.

Hingga saat
ini, sudah 4 bulan lamanya warga penolak pendirian pabrik semen PT
Semen Indonesia di Rembang tinggal di tenda yang berdekatan lokasi
pendirian pabrik. "Tepatnya sudah selama 131 hari warga berada
di tenda," kata Direktur Desantara Foundation, Shobirin yang
turut menolak pendirian pabrik semen.

AHMAD MUSTAQIM

Pos terkait