Mural Teka-Teki Silang Kasus Udin

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Mural di sisi timur ujung utara Jalan Munggur, kawasan Demangan, Yogyakarta, terlihat berbeda dibandingkan mural-mural lain disitu. Ada wajah yang sangat dikenal kalangan aktivis dan masyarakat umum. Udin. Yah, almarhum Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin menjadi tema sentral mural di kawasan jalan padat itu.

Komunitas Barisan Pengingat, pembuat mural tersebut, memberi judul “Teka-Teki Silang, Indonesia Punya Siapa” seri “Pers & Media”. Kolom-kolom teka-teki silang (TTS) lengkap dengan pertanyaan mendatar dan menurun ada disitu. Misalnya, “nama belakang wartawan Radar Bali yang tewas dibunuh pada 2009”, di kolom jawaban mendatar tertulis “Prabangsa”.

Lainnya, “wartawan Harian Bernas Yogyakarta yang meninggal pada 16 Agustus 1996 karena dianiaya secara misterius”, pada kolom jawaban menurun tertulis “Udin”. Uniknya, mural ini interaktif. Kolom jawaban ini dibiarkan kosong, kemudian siapapun bisa menuliskan jawabannya disitu.

Udin, wartawan Harian Bernas, dianiaya 13 Agustus 1996 di depan rumah tinggalnya Jalan Parangtritis KM 13 Bantul, Yogyakarta. Akibatnya ia tidak sadarkan diri hingga meninggalnya 16 Agustus 1996. Udin dimakamkan pada 17 Agustus, saat bangsa Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan ke-51.

Polisi pernah menangkap Dwi Sumaji alias Iwik sebagai pelaku pembunuhan karena istri Iwik berselingkuh dengan Udin. Dalam persidangan Pengadilan Negeri (PN) Bantul, majelis hakim memutus bebas karena tidak ditemukan bukti atas dakwaan tersebut. Sampai sekarang kasusnya belum kelar.

Menurut Ranggo Aini Yahya koordinator Barisan Pengingat wilayah Yogyakarta, ada lima titik kegiatan mural di kota ini dengan tema berbeda. Di kawasan Jalan Mayor Suryotomo (tentang petani), Pingit (pluralism), Jalan Tamansiswa (HAM), Jalan Munggur (Hari Kebebasan Pers), dan di Jalan Parangtritis (buruh).

Kelompok ini merupakan gerakan kebudayaan oleh generasi muda. Lahir dari kegelisahan untuk mendorong dan bergerak bersama dalam menuntut penyelesaian kasus dan melawan ketidakadilan. Didirikan 2 Februari tahun ini oleh novelis Okky Madasari, tujuan utamanya adalah mengingatkan kembali atas kasus yang seperti hilang.

Mural mereka dengan melukiskan tokoh yang punya peranan penting dan sampai saat ini kasusnya belum terungkap. “Antara lain Udin, Marsinah, dan Wiji Thukul,” ujarnya saat dijumpai di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat(14/3).

Bagi kelompok ini, kegiatan muralnya di Yogya dilakukan sejak dua minggu lalu. Puncaknya adalah konser musik okestra di TBY dan dialog publik, Minggu (16/3) dari pagi hingga sore. “Semoga acara ini dapat mengingatkan kembali bahwa ada seseorang yang sampai saat ini kasusnya belum ada kejelasan hukumnya,” tuturnya.

TTS tidak saja menjadi permainan teka-teki silang. Bagi kasus Udin yang memasuki akhir tahun ke-18, benar-benar menjadi teka-teki apakah kasus ini terungkap atau tidak. (tya)

CHRISTIAN YANUAR

Pos terkait