Pengamat UGM: Manajemen Emosi Anggota DPR Lemah

Meja anggota DPR RI di Senayan yang digulingkan, Selasa (28/10). (sumber: rimanews.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Sejak anggota dewan periode 2014 – 2019 dilantik awal Oktober lalu, setidaknya, publik telah dua kali disuguhi drama politik di parlemen.

Bacaan Lainnya

Pertama, saat rapat paripurna penetapan pimpinan dewan yang berakhir ricuh pada dini hari 2 Oktober lalu. Kedua, saat rapat paripurna penetapan alat kelengkapan dewan (Alkel), Selasa (28/9) kemarin.

Kericuhan yang kedua kalinya ini bermula ketika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Rommahurmuziy yang telah menyatakan dukungannya kepada pemerintahan Jokowi – JK merasa diabaikan oleh pimpinan dewan, meski pun telah berkali-kali menyampaikan interupsi.

Karena hilang kesabaran, salah satu oknum dari anggota dewan partai berlambang Ka'bah tersebut menggulingkan meja hingga berantakan dan menimbulkan kericuhan.

Menyikapi hal tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM, Erwan Agus Purwanto menilai, peristiwa tersebut menunjukkan lemahnya management emosi anggota dewan.

"Mereka tidak mampu menunjukkan cara berbeda dengan elegan," ucap Erwan kepada kabarkota.com, Selasa (28/10).

Erwan mengaku sangat prihatin dan menyayangkan peristiwa tersebut. Sebab, kata dia, cara menyelesaikan perbedaan dengan konflik fisik seperti itu akan berimbas kepada masyarakat bawah. Mengingat, mereka adalah representasi publik dan tokoh-tokoh masyarakat.

"Dalam peristiwa ini, anggota dewan jelas tidak memberikan keteladanan kepada publik," ucapnya melalui whatsapp.

Selain itu Erwan juga menduga, drama politik kali ini juga kelanjutan dari konflik dua kubu di tubuh PPP. Menurutnya, siatuasi menjadi lebih panas karena pimpinan sidang terkesan tidak mampu mengelola konflik dua kubu tersebut saat sidang.

"Leadership pimpinan DPR dalam mengelola forum agaknya kurang demokratis karena dominai salah satu koalisi," imbuhnya.

Oleh karena itu Erwan berpendapat, perlu adanya perbaikan kualitas para wakil rakyat ke depan. Perbaikan kualitas itu, lanjut Erwan, tidak lepas dari peran parpol dalam melakukan seleksi anggotanya.

"Semestinya, seleksi anggota dewan itu berbasis pada track record dan pengkaderan jangka panjang," ucapnya.

SUTRIYATI

Pos terkait