Ilustrasi: suasana sekitar lokasi tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, pada Sabtu (13/12) pukul 17.00 WIB pekan lalu. (sumber: facebook Tamye Sudiro)
BANJARNEGARA (kabarkota.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mensinyalir wisata bencana menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya longsoran dasyat di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, baru-baru ini.
Dilansir dari laman resmi BNPB, salah seorang penduduk menuturkan, beberapa hari sebelum terjadi longsoran yang besar, banyak warga datang ke lokasi longsor lain yang lebih kecil. Pada saat warga ini beranjak pulang, mereka melintasi Desa Sampang. Sayang, detik itu pula longsor yang besar terjadi dan melanda mereka.
“Di Sampang, korban bukan hanya warga Dusun Jemblung, namun juga mereka yang melintasi ruas jalan sepulang dari berwisata ke lokasi longsor,” kata warga tersebut.
Menurut BNPB, Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa masyarakat melakukan wisata bencana karena adanya dorongan ingin mengetahui dampak bencana yang terjadi. Faktor simpati yang dimiliki oleh seseorang akan mendorongnya untuk melakukan tindakan berwisata ke lokasi bencana. Selain itu, rasa haru dan belas kasihan terhadap orang lain juga menjadi pendorong kehadiran seseorang di tempat terjadinya musibah.
Namun, secara tidak sadar, mereka telah menjadikan zona bahaya seperti taman wisata, dan mengabaikan keselamatan.Padahal, berada di lokasi bencana membutuhkan keahlian dan peralatan yang standar. Mengingat, urukan tanah hasil dari proses longsor yang terjadi masih sangat labil. Belum lagi banyak serpihan bangunan, perkakas, paku, pecahan kaca, logam, dan material lain yang bersembunyi di balik gemburnya tanah.
Oleh karenanya, zona berbahaya seharusnya steril dari warga dan hanya pihak-pihak yang memiliki keahlian serta terdaftar saja yang bisa memasukinya.
SUTRIYATI