Salah satu penjual angkringan, Riyadi sedang mengemasi gerobaknya di sisi timur Alkid Yogyakarta, pada 22 Januari 2025. (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dua ibu-ibu pedagang minuman tengah berbincang di lapak angkringan yang berada sisi timur Alun-alun Kidul (Alkid) atau Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta, pada Rabu (22/1/2025) siang itu. Keduanya adalah Ningsih (65 tahun) dan Asih (42 tahun).
Asih sesekali sibuk melayani pembeli, dengan menyeduh kopi instant panas dan menata minuman air mineral dingin di box pendingin yang terlihat sudah usang. Sementara Ningsih duduk di bangku panjang di dekat box pendingin.
Saat ditanya terkait wacana ujicoba penutupan Plengkung Gading yang akan berdampak bagi para pedagang di Alkid, keduanya mengaku belum mendapatkan informasi yang jelas dan resmi dari paguyuban pedagang maupun pemangku kebijakan terkait.
“Kami hanya tahu dari berita,” ungkap Asih kepada wartawan.
penjual minuman di Alkid, Asih saat melayani pembeli. (dok, kabarkota.com)
Menurutnya, pengurus paguyuban sempat menggelar pertemuan dengan para anggota, pada Selasa (21/1/2025) malam. Namun, rapat tersebut tidak membahas soal wacana penutupan, tetapi justru soal penataan pedagang Alkid yang kian hari kian bertambah banyak. Termasuk keberadaan para pedagang tanpa Kartu Tanda Anggota (KTA) paguyuban.
“Semalam (Selasa) sudah ada rapat, bagaimana mencari solusi untuk nasib kami di sini,” ucap Asih.
Asih adalah seorang single parent dengan dua anak, dan telah berjualan di Alkid sejak 18 tahun terakhir. Dia menggantikan orang tuanya yang telah lebih dulu berjualan di sana.
Perempuan berjilbab ini menuturnya, dalam sehari, penghasilannya tak tentu. Terlebih di musim penghujan seperti sekarang, pengunjung Alkid relatif sepi.
“Bisa untuk makan saja, saya sudah bersyukur,” ucapnya lagi.
Oleh karenanya, Asih cukup risau jika nantinya penutupan Plengkung Gading akan berdampak buruk terhadap penjualannya yang bukan tidak mungkin semakin menurun omzetnya. Mengingat, berjualan di Alkid menjadi mata pencaharian satu-satunya yang masih ia geluti.
Hal senada juga disampaikan, Ningsih yang berharap tetap bisa berjualan di Alkid, meski pun nantinya Plengkung Gading benar-benar ditutup.
“Ditutup tidak masalah, yang penting kami tetap bisa jualan,” pinta Ningsih.
Sama halnya dengan Asih, ibu satu anak ini juga mengaku berjualan di Akid menjadi sumber penghasilan satu-satunya saat ini. Padahal, dia menjadi tulang punggung untuk keluarganya.
“Kami bisa cari makan juga hanya di sini, mau ke mana lagi kalau orang tua seperti saya ini?” keluh perempuan yang sudah berjualan di Alkid selama 20 tahun ini.
Setiap hari, Ningsih berjualan minuman selama kurang lebih 4 jam, yang dimulai setelah Magrib hingga malam hari. Terkadang, dia juga bekerja menjadi guide untuk para wisatawan, terutama yang hendak berjalan di antara dua beringin kembar di tengah Alun-alun.
Bergeser ke selatan, ada salah seorang penjual angkringan, Riyadi yang juga mengaku belum tahu secara pasti tentang wacana penutupan Plengkung Gading.
“Saya tahunya dari HP,” ungkap kakek 68 tahun ini.
Riyadi mengatakan, dirinya telah berjualan angkringan di sisi timur pada pagi hari – siang, dan sisi barat alun-alun, mulai sore – malam hari. Dari kerja kerasnya tersebut, ia bisa meraup keuntungan sekitar Rp 600 ribu per hari, dengan berjualan di dua tempat tersebut. Bahkan, dia mampu menyekolahkan anaknya di UGM dari hasil berjualan angkringan.
“Kalau Plengkung Gading benar-benar ditutup, nanti semua bisa lapar,” anggap pria yang sudah berjualan angkringan sejak 1990 ini.
Riyadi menyebut, saat ini ada sekitar 400 pedagang yang menggantungkan mata pencaharian di Alkid. Itu belum termasuk para tukang parkir, dan kelompok pelaku wisata lainnya.
Keluarga Karaton Yogya Benarkan Wacana Penutupan Plengkung Gading
Sebelumnya, isu tentang rencana ujicoba Plengkung Gading yang viral di media sosial, dibenarkan oleh pihak keluarga keraton Yogyakarta.
Penghageng Datu Dana Suyasa Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi mengatakan bahwa rencana ujicoba penutupan Plengkung Gading dilakukan karena termasuk bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Namun demikian, pihaknya belum memastikan waktu pelaksanaan ujicoba tersebut.
“Belum tahu (mulai kapan),” ucap GKR Mangkubumi di Kepatihan Yogyakarta, pada 21 Januari 2025.
Dari pantauan kabarkota.com, pada Rabu (22/1/2025) siang, Plengkung Gading masih dibuka untuk lalu-lalang kendaraan. Sedangkan di sisi timur hingga pojok beteng wetan bagian dalam sedang dilakukan renovasi oleh sejumlah pekerja proyek.
Saat disinggung soal isu penataan pedagang di Alkid yang lokasinya berdekatan dengan Plengkung Gading, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X itu menyampaikan, memang ada kemungkinan mereka akn ditata ulang, dan saat ini masih dalam tahap pendataan. (Rep-01)