Suasana di Pasar Sore Kampung Ramadan Jogokariyan 2024. (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Bulan Suci Ramadan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim dan masyarakat secara umum. Berkah itu sangat dirasakan oleh masyarakat di Kampung Jogokariyan, Kelurahan Mantrijeron, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Terutama berkah yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi, melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar Masjid Jogokariyan.
Selama 20 tahun terakhir, hampir di setiap bulan Ramadan, Jalan Jogokariyan yang berbatasan dengan Jl. Parangtritis di sisi Timur dan persimpangan antara Jl. D.I. Panjaitan dengan Jl. Ali Maksum di sisi Barat ‘disulap’ menjadi Pasar Sore Ramadan Kampung Jogokariyan.
Sore hari, setelah salat asar hingga jelang Magrib, ratusan penjual beragam jenis makanan berjajar dari ujung Timur hingga Barat. Sementara ribuan orang memadati ruas Jalan yang tidak terlalu lebar itu untuk sekadar ngabuburit atau pun mencari menu takjil yang dijajakan para penjual makanan dan minuman di sana.
Syifa, salah satu pengunjung asal Kotagede Yogyakarta mengaku sengaja datang untuk membeli beberapa snack dan minuman untuk berbuka puasa.
“Saya beli green tea, pangsit, dan ayam,” ungkapnya kepada kabarkota.com, di Jalan Jogokariyan, baru-baru ini.
Bagi Syifa yang sudah beberapa kali datang ke Pasar Sore Ramadan Jogokariyan, tempat ini tidak sekadar untuk berbelanja menu takjil, melainkan juga menjadi tempat liburan menjelang buka puasa. Apalagi, harga dari
beragam jajanan yang ditawarkan relatif terjangkau.
Koordinator Pasar Sore Kampung Ramadan Jogokariyan, Adifa Septiawan Nugraha menjelaskan, pada Ramadan kali ini, total warga yang berjualan di sepanjang Jl. Jogokariyan sekitar 350 orang yang terbagi atas 200-an orang adalah warga Jogokariyan, dan 150 orang lainnya merupakan warga dari luar Jogokariyan. Mereka berjualan beragam kuliner tradisional dan kekinian.
“Untuk Pasar Sore ini, 100 persen gratis. Tapi setiap hari para pedagang berinfak ke Masjid Jogokariyan supaya mereka juga bisa bersedekah,” ucap Difa.
Menurutnya, kegiatan Pasar Sore Kampung Ramadan Jogokariyan yang diinisasi oleh Takmir Masjid Jogokariyan ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan warga. Sekaligus, secara tidak langsung mereka turut terlibat dalam kegiatan di Kampung Ramadan Jogokariyan. Bahkan, kegiatan tahunan ini telah menjadi salah satu ikon wisata di Yogyakarta, khususnya di Bulan Ramadan.
“Kami ada rencana bekerja sama dengan masjid-masjid lain sekitar sini untuk menggelar Pasar Sore Ramadan, dengan Masjid Jogokariyan ini sebagai ikonnya,” sambungnya.
Mengingat, kata Difa, dari tahun ke tahun, jumlah dan antusias warga untuk berjualan di Pasar Sore Ramadan meningkat. Itu terbukti, dii tahun 2024 ini, ada ratusan warga yang tidak tertampung untuk berjualan di Jalan Jogokariyan karena keterbatasan tempat.
Salah satu penjual dari Krapyak, Menik Martini mengaku dirinya telah ikut berjualan di Pasar Sore Ramadan Jogokariyan sejak empat tahun terakhir. Perempuan yang sehari-harinya berjualan Soto di dekat Masjid Jogokariyan ini, saat di Pasar Sore berjualan Es Kuwut, gorengan, dan siomay.
“Untuk penjualan, Alhamdulillah selalu ramai,” tutur Menik.
Dengan harga makanan dan minuman mulai dari Rp 1.500 – Rp 7.000-an, Menik bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 200 ribu per hari. (Rep-01)