Potensi Kelautan Indonesia 1,2 Triliun Dollar Belum Dimanfaatkan

Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), Rokhmin Dahuri memberikan kuliah umum di Fakultas Pertanian UGM, Jumat (6/9) (Foto: Humas UGM)

 

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Potensi ekonomi Indonesia dari sektor kelautan mencapai USD 1,2 triliun per tahun. Sayangnya potensi tersebut belum dimanfaatkan hingga saat ini.

Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), Rokhmin Dahuri menegaskan, jumlah itu bisa menyediakan lapangan kerja untuk 40 juta orang. Potensi ekonomi sektor kelautan tersebut meliputi 11 sektor yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan, dan pertambangan dan energi. Berikutnya sektor pariwisata bahari, hutan mangrove, perhubungan laut, sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, serta sumber daya alam non konvensional.

“Sejak masa penjajahan sampai sebelum berdiri Kementerian Kelautan dan Perikanan, sektor ini masih dipandang sebelah mata, kata Rokhmin di Yogyakarta, Jumat (6/9). 

Hal tersebut, kata Rokhmin, terlihat dari rendahnya dukungan infrastruktur, permodalan, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi,  dan kelembagaan terhadap sektor kelautan. Ia menyebut kontribusi seluruh sektor kelautan terhadap PDB hanya sekitar 20 persen.

Sementara negara-negara dengan potensi kekayaan laut yang lebih kecil daripada Indonesia dapat menyumbangkan kontribusi di bidang kelautan lebih besar. Seperti Islandia, Norwegia, Spanyol, Jepang, RRC, Korea Selatan, Selandia Baru, serta Thailand memberikan kontribusi rata-rata lebih dari 30 persen. 

Rokhmin menilai ekonomi kelautan Indonesia kedepan akan semakin strategis seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros Atlantik ke Asia-Pasifik. Hampir 70 persen total perdagangan dunia berlangsung diantara negara-negara di Asia-Pasifik.  Lebih dari 75 persen barang dan komoditas  yang diperdagangnkan ditarnsportasikan melalui laut dan  45 persennya setara USD 1.500 triliun pertahun barang dan komoditas diperdagangkan melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). 

“Mestinya Indonesia yang mendapat keuntungan paling besar dari posisi kelautan global tersebut,”harapnya. (jid/Ika/Humas UGM)

Pos terkait