Jenazah Kolonel Cpl. Antonius Hermawan saat hendak dimakamkan di Sasonoloyo Kaliwanglu, pada Selasa (13/5/2025). (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Suasana duka sangat terasa di kediaman Johanes Sugiarto, pada hari Selasa (13/5/2025) ini. Puluhan karangan bunga ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Kolonel Cpl. Antonius Hermawan, S.T., M.M., berderet di sekitar rumahnya, di Padukuhan Kaliwanglu, Kalurahan Harjobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, DIY.
Johanes Sugiarto adalah ayah dari almarhum Kolonel Cpl. Antonius Hermawan, salah satu personel TNI-AD yang menjadi korban ledakan pemusnahan amunisi di Garut, Jawa Barat (Jabar), baru-baru ini.
Ratusan pelayat, termasuk para petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) memenuhi kursi-kursi plastik yang ditata di bawah tenda teras rumahnya. Sejak pagi, mereka menanti kedatangan jenazah yang diterbangkan dari Jakarta menuju Yogyakarta.
Rencananya, misa requim dilaksanakan pukul 15.00 WIB di rumah duka, dan pemakaman di Sasonoloyo Kaliwanglu, pada pukul 16.00 WIB. Namun, terpaksa diundur sekitar 1 jam karena menunggu kedatangan jenazah.
Di mata Johanes, semasa hidup, Anton adalah sosok yang tahu diri, rendah hati, gemar menabung, dan pintar.
Ibu almarhum Anton, Bernadeta Rusminiwati juga menambahkan bahwa putranya tersebut juga pernah diangkat menjadi Kapaldam Pattimura di Ambon, sebelum ditarik kembali oleh Mabes TNi dan ditempatkan di bagian amunisi, pada Februari 2025.
Lebih lanjut Bernadeta menjelaskan terkait dengan keputusan memakamkan jenazah putranya itu di Sleman, yang notabene adalah tempat kelahirannya.
“Semua nenek moyangnya di sini. Bapak aslinya juga di sini,” sambungnya.
Kolonel Cpl. Antonius Hermawan adalah seorang personel TNI Angkatan Darat (TNI AD) kelahiran Yogyakarta, 7 januari 1975. Namun, anak ke-4 dari lima bersaudara ini besar di Jayapura, Papua, karena waktu itu mereka mengikuti dinas ayahnya yang berprofesi sebagai guru di sana selama hampir 27 tahun.
Almarhum meninggalkan seorang Istri, Theresia Ira Herwandani, dan seorang putra bernama Samuel Ardanu Hermawan.
Untuk itu Bernedeta menaruh harapan besar agar pemerintah memerhatikan masa depan keluarga almarhum, terutama istri dan anaknya yang kini masih berusia sekitar 7 tahun.
Sekitar pukul 16.00 WIB, rombongan pembawa peti jenazah tiba di rumah duka. Istri almarhum tak kuasa menahan tangis kesedihannya. Ia yang berpakaian putih dipapah masuk ke dalam ruangan, tempat jenazah disemayamkan.
Setelah misa digelar, kemudian upacara serah terima jenazah dari pihak TNI-AD ke keluarga almarhum, jenazah diberangkatkan menuju pemakaman sekitar pukul 17.30 WIB. Peti jenazah yang diselimuti kain warna merah putih dan disegel dengan plastik tersebut kemudian dimasukkan mobil jenazah dan berjalan pelan menembus hujan gerimis, menuju ke pemakaman yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari rumah duka. (Rep-01)