UGM usulkan Muhammadiyah dan NU Kandidat Penerima Nobel Perdamaian

Rektor UGM, Panut Mulyono (dok. ugm)

SLEMAN (kabarkota.com) – Kipah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di kancah global sudah tak diragukan lagi. Di dalam negeri pun, kedua ormas Islam terbesar itu dianggap telah memberikan kontribusi besar dalam proses transisi dan konsolidasi demokrasi di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Oleh karenanya, Rektor UGM, Panut Mulyono menyatakan, pihaknya secara resmi menominasikan Muhammadiyah dan NU sebagai calon penerima nobel perdamaian. Hal tersebut disampaikan Rektor, saat seminar internasional “Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia”, di Balai Senat UGM, Jumat (25/1/2019).

“Muhammadiyah dan NU turut berkiprah dalam perdamaian di Indonesia dan di kancah internasional. Kiprah tersebut telah dirasakan masyarakat dunia,” kata Panut, dalam siaran pers Humas UGM.

Di dalam negeri, peran positif konsolidasi terlihat dalam upaya membangun perdamaian melalui kiprahnya dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, filantropi, kebencanaan, sosial kemasyarakatan, serta demokrasi.

“UGM selalu berkomitmen untuk turut serta mengembangkan dan merawat nilai perdamaian dan demokrasi di Indonesia dan dunia. Oleh sebab itu, UGM mendukung NU dan Muhammadiyah menjadi penerima nobel perdamaianm” tegasnya.

Saat ini, menurut Panut, UGM melalui Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) tengah mempersiapkan dokumen untuk mengusulkan NU dan Muhammadiyah sebagai kandidat penerima nobel perdamaian. Upaya ini juga dilakukan oleh Guru Besar Antropologi Boston University, Prof. Robert W. Henfer, yang telah terlebih dahulu mengajukan dokumen penghargaan nobel perdamaian untuk NU dan Muhammadiyah kepada panitia.

Kepala PSKP UGM, Najib Azca, menambahkan, pengajuan Muhammadiyah dan NU menjadi kandidat penerima nobel perdamaian ini karena keduanya dinilai memiliki peran penting dalam proses demokratisasi di Indonesia. Tidak hanya dalam mengembangkan argumen-argumen keagamaan yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan penguatan masyarakat sipil saja. Namun, juga berperan aktif dalam proses pembangunan perdamaian di tingkat nasional dan internasional.

“Kedua ormas tersebut juga mampu mencerminkan Islam yang ramah dan dapat merawat kemajemukan di tanah air,” sebut Najib. (Ed-03)

Pos terkait