Berobat Kanker di RS Sardjito Harus Antre Setahun

Direktur Utama RS Sardjito, Syafak Hanung (Mustaqim/kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Jumlah penderita penyakit kanker di Yogyakarta terus meningkat. Berdasarkan data RS Sardjito, pada tahun 2011 lalu ada sebanyak 1237 kasus, kemudian meningkat menjadi 1250 pada tahun 2012, dan tahun 2013 menjadi 1420.

Bacaan Lainnya

Akibatnya, pasien yang ingin berobat harus menunggu sampai 1 Januari 2016. "Baru sekitar 2-3 bulan ini waktu tunggunya sampai tahun depan," kata Dokter Spesialis Onkologi Radiasi RS Sardjito, Wigati Dhamiati kepada media di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (4/11).

Wigati menjelaskan, banyaknya pasien tersebut akibat 'limpahan' pasien dari beberapa daerah di luar Jawa, termasuk dari Papua. Untuk menyiasatinya, pihaknya mengaku terpaksa 'memilih' pasien dalam memberikan pelayanan pengobatan.

Pelayanan itu, ia melanjutkan, terpaksa dilakukan karena alasan skala prioritas. "Ada pasien datang dengan kondisi penyakit (kanker) masih dini akan kami dahulukan karena potensi terselematkan lebih besar," ujar Wigati.

Ia mengeluhkan minimnya alat terapi untuk pengobatan. Untuk pengobatan dengan radio terapi, pihak rumah sakit hanya memiliki 2 alat. Hal tersebut menjadi salah satu dasar karena untuk investasi alat tersebut sangat mahal dan Indonesia belum bisa memproduksi sendiri.

Harga per satu alat yang RS Sardjito miliki memiliki nilai investasi minimal 15 miliar. Sementara, untuk alat yang memang benar-benar canggih dan belum dimiliki, nilai investasinya mencapai 30 miliar.

Wigati juga mengatakan, selain alatnya yang mahal, masa pengobatan pun memerlukan waktu cukup panjang, yakni 25-30 kali terapi. Terapi itu, ia melanjutkan, bisa dilakukan dalam satu minggu sebanyak lima kali.

"Paling baik terus menerus tidak putus-putus, sehingga dibutuhkan waktu semaksimal mungkin," katanya.

Direktur Utama RS Sardjito, Syafak Hanung menambahkan, tingginya penderita kanker saat ini didominasi dengan jenis kanker payudara. Selain itu, tingginya jumlah penderita yang saat ini tercatat karena adanya program Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS). "Masyarakat mulai sadar untuk ikut melakukan pemeriksaan kesehatan," ujarnya.

AHMAD MUSTAQIM

Pos terkait